Akhirnya, aku bisa keluar dari ruangan yang ber-atmosfer dingin itu. Aku berusaha abai dan melupakan semua omong kosong yang telah di ucapkan Ibu Joohyeon. Jika suatu saat Joohyeon mengajakku ke rumah sakit untuk menjenguk Ibunya lagi, aku akan menolaknya.
Aku tertawa kecil, setelah mengingat kembali pembicaraanku dengan Ibu Joohyeon di dalam ruangan tadi. Memang, Joohyeon begitu mencintai aku. Dan juga terkadang ia selalu bilang, jika ia ingin dinikahi olehku.
Jelas, Joohyeon juga tahu. Jika aku sudah beristri. Dan seharusnya dia sadar, jika mendekati suami orang itu tak baik. Tapi, entah kenapa aku tak rela jika ia menjauh sedikit saja dari jangkauanku, aku begitu menyukai sisi wajah cantiknya. Seakan-akan dia Dewi yang selalu membuat hatiku tenang ketika berbagai masalah datang melandaku.
Aku pun mendudukkan diri di bangku koridor untuk menunggu Joohyeon yang masih asik berbicara dengan Ibunya di dalam. Hingga tak lama kemudian, mataku menemukan sosoknya di sini. Aku mengedipkan mataku berkali-kali, untuk memastikan jika itu adalah benar-benar istriku.
Ah ternyata benar. Tapi, untuk apa ia ke rumah sakit? Lalu apa yang sedang di genggamnya? Sebuah kertas? Berisi perihal apa? Apa aku harus menghampirinya? Astaga, wajahnya seperti terlihat senang ... Ada apa dengannya?
Aku yang hendak bangkit dari dudukku untuk menghampirinya, tiba-tiba terurungkan, ketika ada seorang pria datang lebih dulu dan menghampirinya. Lalu merangkul bahunya dan membawa istriku pergi dari rumah sakit.
Tiba-tiba emosiku memuncak. Aku mengepalkan kedua tanganku. Ternyata, istriku juga selalu bermain gelap bersama pria lain di belakangku, ya?
Persetan.
KAMU SEDANG MEMBACA
our marriage ✓
FanfictionTetap mencintaiku, ya? sekalipun aku tak bisa lagi memeluk tubuh kecilmu, sayang.