Hari demi hari, kami lewati dengan bersama seperti hari-hari biasanya. Ia sudah tak menangis lagi, melainkan akhir-akhir ini senyuman manisnya lah yang selalu terbit di bibir ranumnya. Memberikanku sebuah gairah hidup dengan sosoknya yang tak lagi bersedih di hadapanku.
Sarapan pagi sudah siap tertata begitu rapi di atas meja. Sementara ia sedang mencuci peralatan dapur di wastafel sembari bersenandung kecil, ia nampak begitu bahagia. Sudah lama aku merindukan suasana hangat seperti ini. Dimana ketika istriku membuat sarapan pagi untukku, bahkan selalu gesit ketika ia menyiapkan berbagai kebutuhan kantorku. Dia memang seorang wanita yang berbeda. Sungguh, aku menyesal pernah mengkhianatinya dulu.
"Ada yang bisa kakak bantu?" Tanyaku, sembari mendaratkan ciuman di atas puncak kepalanya, kemudian aku melanjutkannya dengan memeluk tubuhnya dari belakang. Ia sedikit terkejut, namun keterkejutannya beralih dengan begitu cepat, lalu berganti dengan ia yang tertawa kecil menyiratkan dengan jelas bahwa ia begitu bahagia hari ini.
"Jangan memelukku, kak. Kakak sudah rapi dengan pakaian kantornya. Bagaimana jika nanti kusut?"
"Tidak apa-apa." Aku menyimpan daguku di salah satu bahunya, sedangkan ia masih sibuk mencuci perabot-perabot dapur, "ayo, kita sarapan bersama?" Ajakku.
Ia mengangguk untuk menyetujuinya. Aku pun masih mempertahankan pelukanku, sembari menunggunya yang masih sibuk berperang di bak wastafel.
Setelah ia menyelesaikan segala pekerjaannya, aku pun menuntunnya untuk duduk berdampingan menghadap meja yang penuh dengan beraneka ragam makanan. Istriku memang pandai memasak. Dan hanya dia, satu-satunya wanita yang mengetahui semua tentangku.
Ia pun menyuapiku, ia bilang, ia ingin melayaniku dengan baik. Aku pun menerimanya dengan senang hati. Siapa yang tidak ingin ketika aku diperlakukan manja seperti ini oleh istriku? Ahaha, dia memang wanita yang paling aku cintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
our marriage ✓
FanfictionTetap mencintaiku, ya? sekalipun aku tak bisa lagi memeluk tubuh kecilmu, sayang.