09

442 52 3
                                    

   Aku berjalan mondar-mandir di depan ruangan pemeriksaan yang sedang di gunakan istriku saat ini. Perasaanku kalang kabut akan rasa cemas, khawatir, merasa idiot bahkan campur aduk.

   Sesekali aku mengumpat diriku sendiri. Bagaimana bisa aku menamparnya hingga mendorongnya, menyakitinya sampai sejauh itu? Sinting. Bahkan, sebelumnya aku sudah berkali-kali menyakitinya dengan mengkhianatinya dari belakang.

   Aku bersumpah. Aku tak akan pernah mengampuni diriku sendiri jika nanti terjadi sesuatu pada diri istri tercintaku.

   "Tuan Min Yoongi?"

   Aku tersadar, ternyata dokternya selesai memeriksa keadaan istriku, lalu dengan cepat aku menerobos masuk ke dalam pintu. Namun, ditahan dengan sigap oleh Pak Dokter.

   "Tuan Min—"

   "Aku ingin melihat keadaan istriku, bangsat! Jangan menghalangiku!"

   "Ah begini, Tuan. Biarkan istri anda istirahat dulu sejenak. Ia kelelahan dan mengalami depresi ringan. Berita buruknya, janin yang berada di dalam kandungannya tak bisa kami selamatkan, akibat dari benturan yang keras ke perutnya, membuat istri anda mengalami pendarahan yang hebat."

   Aku membeku. Depresi ringan? Keguguran? Istriku? Aku mengusap wajahku dengan kasar. Satu persatu buliran air mata mulai turun dari kedua sudut mataku. Aku memang seorang suami yang tidak waras. Bagiamana bisa istriku mengalami hal itu sendirian, sedangkan aku malah bersenang-senang dengan wanita lain?

   "Ja-di, di-dia keguguran?" Tanya seseorang yang entah siapa. Tepat berada di belakangku, "dasar. Tidak berguna. Berengsek."

   Aku membalikkan tubuhku untuk menghadap ke arahnya. Dan pada detik itu juga, amarahku mulai naik ketika aku kembali bertemu dengan sosok pria yang saat itu pernah merangkul istriku di rumah sakit.

   "Aku akan sangat-sangat senang. Ketika suatu saat nanti, dia meminta berpisah denganmu, Min Yoongi bajingan."

our marriage ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang