" Jawab aku, siapa yang akan menikah?" Jinyoung masih bertahan pada posisinya dan nada suaranya yang cukup menakutkan bagi Irene. Jika sudah seperti ini, gadis itu tidak punya pilihan lain selain mengatakan yang sejujurnya.
" Aku. Aku yang menikah Young" ujar Irene menutup matanya erat-erat.
Tubuh lelaki itu membeku seketika. Ia merasakan seperti ditikam oleh batu yang sangat keras tepat dihatinya. Terlambat. Satu kata itu yang mendeskripsikan semuanya. Andaikan ia berani untuk mengungkapkan perasaannya. Andaikan ia bernani langsung mendatangi orang tua gadis itu untuk melamarnya. Andaikan... Terlalu banyak kata andaikan yang membuat rasa nyesal yang sangat dalam di hatinya.
" Jinyoung? Kalau tidak ada yang ingin di bicarain lagi aku pamit dulu ya, aku buru-buru soalnya" Irene pun melepaskan cekalan Jinyoung dari tangannya dengan sedikit kuat.
" Irene" ucap Jinyoung tepat saat Irene memegang knop pintu namun ia tetap tidak ingin merubah posisinya.
" Ya?"
" A..aku"
" Kenapa? "
"Aku suka sama kamu. Tapi aku sekarang menyerah. " hanya mampu Jinyoung ucapkan dari hati tanpa berani untuk mengungkapkan karena ia tahu kalau ia sudah kalah, sangat kalah bahkan sebelum memulai
" Selamat ya" ujar Jinyoung lantas langsung pergi meninggalkan ruangan gadis itu.
*****
"Kamu kenapa lama sekali sih Irene. Untung gak telat kan" ujar Ibu Irene saat mobil Irene terpakir di perkarangan Mesjid.
" Operasinya tadi sedikit lama,Ma" bohong Irene.
" Yasudah cepat ganti baju. Sebentar lagi upacara pernikahannya mau dimulai." Ibu Irene pun mendorong pelan tubuh Irene menuju ruang ganti.
*****
" Saya terima nikahnya dan kawinnya Bae Irene binti Bae Alex dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." Ucap laki-laki yang memakai tuxedo hitam itu dengan lantang tanpa kesalahan.
" Bagaimana saksi? Sah?" Ucap penghulu didepannya.
" SAH" dengan serentak semua orang mengucapkan kata sah.
Dilain tempat
Tok...Tok... Tok...
"Nak, mama masuk ya" ucap ibu Irene seraya membuka pintu kamar Irene.
" Irene kamu kenapa? Kok dari tadi mama perhatiin kamu bengong aja?" Ibu Irene mengusap pelan bahu putrinya yang sedari tadi menatap layar monitor yang memperlihatkan proses ijab qobul.
"Gak papa Ma. Aku gak nyangka aja akhirnya aku menikah dengan laki-laki itu." Ujar Irene menunduk. Ia berusaha agar ibunya tidak melihat tangisannya saat ini. Tapi mungkin itu percuma saja.
"Irene? Kamu menangis nak? Kenapa?" Ibu Irene pun langsung memeluk putrinya saat melihat tubuh gadis itu bergetar.
" Ma... Hiks..hiks... Aku takut pernikahan ini menyakitkan buat aku ma. Aku takut" tangis gadis itu sambil memeluk ibunya.
" Hushh gak bole ngomong seperti itu" ujar ibu Irene meyakinkan.
" Bagaimana aku tidak ngomong seperti ini ? Pernikahan kami tidak didasari oleh cinta, Ma. " gadis itu menangis dipelukan ibunya tanpa perduli akan makeup nya yang luntur akibat air matanya.
" Mama yakin kalian akan bahagia. Hanya menunggu waktu saja untuk kalian saling mencintai " Ucap ibu Irene mencoba menenangkan anaknya itu.
" Ma, aku udah mencintai dia dari awal aku melihatnya. Semudah itu dia membuatku mencintainya. Tapi dia sudah punya tambatan hati Ma... Ini hanya nikah kontrak. Aku gak bisa berharap memiliki tempat spesial di hati Suho,Ma. Hati dia udah dipenuhi sama wanita itu." Batin Irene.
KAMU SEDANG MEMBACA
STAY or LEAVE | SURENE [END]
FanfictionKetika pikran memaksa untuk melepaskan Sedangkan hati memaksa untuk tetap bertahan Apa yang harus dilakukan? "Hubungan kalian tak sehat. Lepaskan lah dia" "Cinta tumbuh karna terbiasa. Masih ada alasan buat nyangkal kalo lo gak jatuh cinta sama Iren...