" hmm, biar aku yang menyampaikannya." Irene mencuci tangannya dan bergegas keluar untuk memberi kabar pada orang tua pasien yang dia operasi.
Dengan senyuman irene membuka pintu operasi itu, namun dalam sedetik senyuman itu hilang digantikan raut takut yang terlihat jelas diwajahnya. Jantungnya berpicu cepat melihat siapa orang tua dari pasiennya. Tangannya bergetar, peluh membasahi hampir seluruh wajahnya.
" dok bagaimana keadaan anak saya?" orang itu menghampiri irene yang terdiam didepan pintu ruang operasi. Semakin orang itu mendekati irene semakin tubuh gadis itu bergetar hebat dengan peluh yang memenuhi wajahnya. Ia melangkah mundur dengan pelan sambil mneggeleng-gelengkan kepalanya. Rasa takut itu mengambil alih tubuhnya hingga ia melupakan keprofesionalitasnya sebagai dokter.
" dok? Apa semuaya baik-baik saja?" orang itu mencoba menyentuh bahu irene untuk menyadarkan dokter itu.
" BERHENTI ! JANGAN KAU MENDEKAT !" irene berteriak dan menepis kasar tangan orang itu. Seketika semua perhatian berpusat pada irene. Mendengar ada keributan jinyoung pun keluar untuk melihat keadaan.
" irene-ah? Kamu kenapa?" jinyoung menggenggam tangan irene mencoba menenangkan irene yang menangis ketakutan melihat orang tua pasien mereka itu.
" PERGI ! LEPASKAN AKU! AKU TAKUT!" irene berteriak dan menghempaskan tangan jinyoung dengan kasar, irene langsung berlari meninggalkan tempat itu.
" irene !" jinyoung mengejar irene yang lari bagai kesetan, ia menabrak setiap orang yang menghalang jalannya dan terus menangis.
" ada apa dengannya?" khawatir jinyoung sambil tetap berlari mengikuti irene. Hingga cukup lama mereka berlari, akhirnya gadis itu berhenti di taman belakang rumah sakit dan menangis makin histeris disana. Untungnya tempat itu sunyi karna berada dibelakang dan sedikit menyeramkan.
Jinyoung melihat dari jauh irene yang menangis, ia memberi waktu kepada gadis itu untuk menenangkan diri terlebih dahulu.
Setelah hampir satu jam menunggu gadis itu menangis, akhirnya irene dapat sedikit meredakan tangisannya. Dengan langkah pelan, jinyoung menghampiri gadis itu dan duduk disampingnya.
Jinyoung memberikkan sapu tangannya pada irene dan duduk diam tanpa bertanya apa-apa pada irene.
" terima kasih." Irene membersihkan bekas tangisnya.
" kamu gak ingin bertanya aku kenapa?" Tanya irene setelah mereka lama terdiam.
" tidak. Aku hanya ingin menemanimu,dan menjadi orang yang selalu ada disisimu saat kamu terpuruk seperti ini. Untuk masalah kamu kenapa, aku tak akan bertanya sampai kamu sendiri yang ingin membicarakannya." Jinyoung melemparkan senyuman penenangnya pada irene.
" makasih sudah mau mengerti aku." Irene membalas senyum jinyoung. Pria itu mengelus lembut rambut irene.
" kamu mau tau kenapa aku seperti tadi."
" jika kamu siap buat bercerita, silahkan."
" jadi dulu saat aku berumur 5 tahun...
FLASHBACK ON
" ma kak yunho mana?" Tanya irene kecil dengan memegang boneka kesayangannya.
" dia ada les sayang, kamu main sendiri dulu ya."
" yahhh, yaudah deh. Aku main ditaman ya ma."
" irene sayang, bisa antarkan es kopi ini pada papamu sebelum kamu bermain? Mama harus memasak nanti masakan mama gosong sayang."
" sini biar irene antar ma." Irene mengulurkan kedua tangan kecilnya untuk menerima nampan berisi minuman yang akan diantarkan.
" awas tumpah ya nak. Habis antar ini langsung keluar ya, papamu sedang sibuk, ada bisnis besar menyangkut hidup dan matinya perusahaan kita sayang."
" aye aye kapten mama." Irene tertawa kecil dan langsung mengantar minuman papanya itu.
" papa, ini minuman pesanan papa." Dengan langkah hati-hati ia menghampiri papanya yang sedang berkutat dengan berkas-berkas.
" eoh? Terima kasih sayang, tolong letakkan disini ya." Papa irene menunjuk bagian meja yang kosong dan tetap focus pada berkas-berkasnya.
Irene meletakkan gelas itu dengan susah payah karna tingginya yang tak mengimbangi sang meja. Gadis itu harus berjinjit untuk meletakkan gelas itu. Tapi naas, tangan gadis itu tergelincir sehingga gelas yang ia pegang jatuh dan isinya tumpah membasahi semua dokumen yang ada dimeja itu.
BRAK
" YAK! APA YANG KAU LAKUKAN!" papa irene menggebrak meja dengan kuat dan berteriak kepada irene kecil. Irene hanya menunduk takut mendengar teriakkan papanya.
" KAU TAK TAU SEPENTING APA BERKAS-BERKAS INI ?! PERUSAHAAN BISA BANGKRUT KARNA ULAHMU ANAK TAK BERGUNA!" papa irene menunjuk-nunjuk wajah irene.
" ma...maaf pa." suara irene bergetar akibat ketakutan yang telah menguasainya.
"MAAF MU GAK BERGUNA!"
" Ada apa ini?" ibu irene langsung datang, ia melihat anaknya yang menunduk ketakutan langsung memeluknya.
" kenapa kau membentaknya,mas?"
" tanyakan pada anak manjamu itu. Jika saja besok terjadi masalah, kau habis ditanganku." Papa irene memelototi anaknya yang sudah menangis di pelukan ibunya. Papa irene langsung pergi begitu saja dengan emosi yang mengendalikan tubuhnya.
" sssttt sudah jangan menangis lagi ya. Cerita sama mama, kenapa papamu marah begitu?"
" ma..maafkan ire..iren ma,hiks. Irene tak sengaja menumpahkan kopi ke berkas papa. Maaf." Ibu irene menatap iba anaknya yang tak berani mengangkat kepalanya. Dipeluknya gadis kecil itu dan memberi kata-kata penenang untuknya.
" sudah tak apa. semuanya akan baik-baik saja sayang. " ujar ibu irene meyakinkan walau ia juga tak yakin bahwa besok semuanya baik-baik saja.
*****
" MANA ANAK ITU ?! IRENE !" papa irene memasuki rumah dengan wajah penuh amarahnya.
" mas, tenangkan dirimu, kita bicarakan baik-baik."
" kau jangan ikut campur. Panggilkan anak itu sekarang!"
" ada apa ini pa?" yunho baru saja pulang dari latihan basketnya terkejut melihat wajah papanya yang penuh amarah.
" IRENE!" tak lama anak itu turun dengan pandangan tertunduk takut. Papa irene melihatnya, langsung menghampiri anaknya sambil membuka ikat pinggangnya. Dengan langkah besar ia mendekati anaknya, dan langsung mencambuk tubuh kecil itu dengan ikat pinggangnya.
" semua gara-gara kau anak tak berguna ! perusahaanku terancam bangkrut gara-gara ulahmu! Aku tak mendapat kerja sama kereka karena kecerobohanmu!" setiap kata yang dikeluarkan papa irene sama dengan satu cambukkan yang dia libaskan ke tubuh kecil anaknya yang hanya menerimanya dengan tangisan sambil terus mengucapkan kata maaf.
" hentikan pa! irene gak tau apa-apa! Dia gak sengaja pa!" yunho mencoba menahan tangan papanya yang mencabuk adiknya namun papanya malah mendorong yunho hingga dia terjatuh.
" jangan ikut campur yunho! Kau diam disina!"
" siapa yang akan bertanggung jawab kalau perusahaanku bangkrut hah?! Kau benar-benar anak pembawa sial!" Papa irene terus mencabuk tubuh kecil yang sekarang sudah banyak mengeluarkan darah akibat sayatan dari cambukkan kuat papanya itu.
PLAK
" jangan sekali-kali kau sebut anakku pembawa sial,Lex! Jika kau tak bisa mendapat kerja sama itu bukan berarti itu murni karna kesalahan irene!" ibu irene menampar kuat pipi suaminya hingga aktivitas suaminya itu berhenti.
" kau lihat? Mamamu menamparku karna membelamu! Dasar anak tak berguna !" papa irene menarik paksa lengan irene dan menyeretnya keluar.
" ALEX! APA YANG KAU LAKUKAN PADA ANAKKU?!"
TO BE CONTINUE....
KAMU SEDANG MEMBACA
STAY or LEAVE | SURENE [END]
Fiksi PenggemarKetika pikran memaksa untuk melepaskan Sedangkan hati memaksa untuk tetap bertahan Apa yang harus dilakukan? "Hubungan kalian tak sehat. Lepaskan lah dia" "Cinta tumbuh karna terbiasa. Masih ada alasan buat nyangkal kalo lo gak jatuh cinta sama Iren...