" ini juga karna ulahmu mas. Kenapa harus kau usir seorang anak berusia 5 tahun yang bahkan jalan dari sekolah untuk kerumahnya saja dia tak tau."
" diamlah."
Other side
Sudah 5 hari irene disekap dalam ruangan pengap dan gelap itu. Keadaannya sungguh menyedihkan, tubuhnya mengurus sebab pria asing itu hanya memberi makan sehari sekali dan dalam porsi yang sangat sedikit. Lukanya tak mengering bahkan memburuk. Beberapa bagian seperti dikakinya, lukanya terinfeksi. Yang dilakukan gadis itu hanya menangis dipojokkan ruangan saat ruangan itu menjadi gelap total. Irene sudah tak diikat lagi namun tetap saja anak itu benci disana.
" apa aku gak bakal bisa pulang?" irene memeluk lututnya diujung ruangan sambil menangis. Hari masih siang, jadi ruangan itu sedikit mendapat penerangan dari sela-sela jendela.
" mama irene takut disini, tolong irene ma."
BRAK
"AISH SIAL! AKU TERANCAM DITANGKAP POLISI GARA-GARA KAU!" Tangan irene ditarik paksa agar anak itu berdiri.
" KAU IKUT AKU !"
" Aku gak mau om!" dengan tangan kecilnya, irene berusaha melepaskan cengkraman pria asing itu.
PLAK
" kau ikuti aku atau ku bunuh kau sekarang juga!" irene terdiam usai mendapatkan tamparan yang cukup kuat pada pipinya. Mau tak mau, dia terpaksa mengikuti pria asing itu menuju suatu ruangan asing bagi irene. Disana terdapat seorang pria berpenampilan rapi sedang duduk menatap telefonnya.
" ini anak yang ku bilang." Tubuh irene didorong hingga ia terjatuh tepat didepan pria berjas hitam itu.
" wahh sangat cantik anak ini. Dimana kau mendapatkannya?" pria berjas itu mengelus pipi irene yang telah dipenuhi air matanya.
" hanya kebetulan saat aku jalan-jalan. Sekarang serahkan uangku. Aku harus pergi ."
" tak bisa secepat itu. Aku harus memastikan bahwa organ anak ini bagus untuk kugunakan." Pria berjas itu bersmirk menatap irene yang sudah bergetar ketakutan mendengar pembicaraan kedua pria asing didepannya.
" tak perlu khawatirkan hal itu. Dia berasal dari keluarga kaya, sudah pasti dia sangat terawat. Jika pertama kali kau melihatnya, kau akan tau seberapa halus kulitnya. Bahkan aku hampir memperkosanya."
" ck... kau selalu tak bisa menahan nafsumu. Ambil lah ini, sesuai keinginanmu." Pria berjas itu melemparkan koper berisi uang. Setelah melihat isinya, pria asing itu tersenyum puas.
" senang bekerja sama denganmu. Aku permisi." Pria asing itupun langsung pergi dari ruangan itu.
" hai gadis manis, siapa namamu?" pria berjas itu menarik dagu irene agar anak itu tak menunduk lagi.
" a..aku ingin pu...pulang, ku mohon,hiks."
" kau akan pulang nak, tapi setelah aku mengambil organ-organmu." Pria itu langsung menarik kasar lengan kurus irene. Gadis kecil itu berusaha memberontak walau usahanya sia-sia. Dia menahan tubuhnya sebisa mungkin agar pria itu tak bisa menariknya. Kesal dengan tingkah irene, pria itu menggendong irene seperti membawa karung beras untuk segera meninggalkan bangunan itu.
DOR
Suara tembakan menyambut mereka sesaat langkah pria itu baru saja keluar dari bangunan itu. Ternyata mereka telah dikepung oleh polisi. Pria itu bersmrik saat melihat seorang pria seusianya keluar dari mobil mewahnya.
" hohoho, lihatlah siapa ini. Lama tak berjumpa,lex."
" setelah perusahaan mu bangkrut, kau berpindah profesi menjadi penculik rupanya." Ujar papa irene tak kalah sinis.
" ternyata ini anakmu? Hahaha aku tak menyangka dunia sekecil ini."
" pa...papa tolong aku hiks." Irene mencoba memberontak dalam gendongan pria berjas itu.
" kau serahkan anak itu padaku."
" tak bisa, aku sudah membayar mahal untuk mendapatkannya." Para polisi mengarahkan pistol mereka kearah pria itu. Dengan gerakkan pelan ia menurunkan irene, diambilnya pisau dikantongnya dan mengarahkan pisau itu ke leher irene. Gadis itu semakin menangis ketakutan merasakan benda dingin nan tajam menempel pada kulit lehernya.
" biarkan aku pergi, atau nyawa anak ini melayang."
" Rio! Singkirkan pisaumu itu!" teriak papa irene.
" aku akan menyingkirkannya saat kalian membiarkanku pergi." Para polisi menurunkan senjata mereka. Pria itu berjalan kemobilnya masih dengan mengarahkan pisau ke leher gadis kecil itu. Hingga langkah terakhir pria itu hampir berhasil untuk masuk kemobilnya, seorang polisi menembak ke kakinya hingga pria itu terjatuh dah tak sengaja menggoreskan pisau ke leher irene.
Para polisi segera menangani pria itu sedangkan irene telah terkapar dengan darah yang mengalir deras dari lehernya. Gadis itupun dibawa kerumah sakit terdekat dan dinyatakan koma.
Flashback off.
" aku koma hampir 3 bulan. Saat aku bangun keadaan benar-benar berubah, papa semakin membenciku karna kesehatan mama menurun akibat aku. " irene meneteskan air matanya saat mengingat kenangan itu lagi. Jinyoung mengelus lembut lengan gadis itu memberikkan kekuatan.
" pria tadi itu yang menculikku. Aku..hiks ak..aku me...menyesal menyelamatkan anaknya hiks." Gadis itu semakin terisak, tubuhnya bergetar. Jinyoung menarik tubuh irene kedalam pelukkannya.
" ssstt, kamu tak boleh berbicara seperti itu. Bagaimana pun juga kamu seorang dokter dan anaknya itu pasienmu. Kita sudah pernah bersumpah bukan untuk tak menyampurkan masalah pribadi pada pekerjaan? Aku tau pasti berat untukmu menyelamatkan seorang anak dari orang yang bahkan hampir membuatmu merenggang nyawa. Tapi sekali lagi, kamu dokter,rene." Jinyoung mengelus rambut irene untuk menenangkan gadis dipelukannya itu.
" maafkan aku." Lirih irene saat ia sudah bisa berfikir jernih.
" tak apa aku mengerti." Jinyoung melepaskan pelukannya dan tersenyum menenangkan irene.
" kita pulang sekarang ya, wajahmu sangat pucat." Jinyoung mengelus rambut irene. Gadis itu hanya mengangguk sebagai jawaban.
******
Irene memasuki rumah yang masih sepi itu.
" suho belum pulang?" gumamnya. Ia mmutuskan untuk membersihkan diri dan beristirahat karna kepala nya yang sangat sakit.
Selesai mandi, irene mendudukkan dirinya dipinggir Kasur, ia menatap sekeliling kamar dan tersenyum melihat dua koper diujung ruangan. Apa pria itu yang membereskannya?
" aku harap kamu tetap seperti ini,ho." Irene merebahkan tubuh lelahnya dan tak lama gadis itu masuk kedalam dunia mimpinya.
" aku pulang" ujar suho memasuki rumah namun tak ada yang menyambutnya. Pria itu mengerinyit bingung saat menyadari rumah sangat sunyi.
" bukannya sepatu irene sudah diraknya? Kemana dia?" suho berlalu kekamar mereka. Ia tersenyum melihat tubuh irene yang tenggelam oleh selimut.
" pasti dia sangat lelah." Suho menatap wajah damai irene. Dikecupnya dahi gadis itu dan langsung beranjak kekamar mandi untuk membersihkan tubuh.
SKIP
" masak apa ya?" suho meneliti persediaan bahan dikulkas.
" udang asam manis aja deh." Setelah memtuskan apa yang akan dibuat, pria itu lansung berkutat dengan dapur untuk membuat lauk makan malam.
Dengan perjuangan sepenuh tenaga akhirnya suho dapat menyajikan masakannya. Ia tersenyum puas melihat makanan yang terhidang walaupun bentuknya kurang meyakinkan. Tak apa yang penting dia sudah berusaha.
Langkah suho terhenti oleh dering ponselnya saat ia ingin membangunkan irene. Tertera nama jisoo disana.
TO BE CONTINUE...
KAMU SEDANG MEMBACA
STAY or LEAVE | SURENE [END]
FanfictionKetika pikran memaksa untuk melepaskan Sedangkan hati memaksa untuk tetap bertahan Apa yang harus dilakukan? "Hubungan kalian tak sehat. Lepaskan lah dia" "Cinta tumbuh karna terbiasa. Masih ada alasan buat nyangkal kalo lo gak jatuh cinta sama Iren...