PART 8

679 67 8
                                    

" kalian makanlah. Aku akan makan diluar." Ujar irene menahan tangisnya. Semalam itu bukan mimpi, itu nyata sangat nyata untuk bisa menyayat hatinya lagi.

" tak perlu, kami akan makan diluar. Jisoo-ah, lebih baik kita makan diluar. Takutnya jalang ini menambahkan racun pada makanan ini." Suho menarik lengan jisoo.

IRENE POV

Jalang?

Serendah itukah aku dimatamu, ho?

Tidakkah kau lihat wanitamu itu lebih jalang dariku?

Apa yang aku lakukan sampai kau menyebutku jalang?

Ini sangat sakit, walaupun bukan yang pertama kali suho menyebutku jalang tapi tetap saja, semakin hari kata itu semakin tajam. Jujur aku gak sanggup lagi dengan ini semua. Aku ingin menyerah. Tapi aku tak bisa. Aku takut harus hidup tanpa bisa lagi bertemu dengannya. Aku takut kehilangannya. Aku sangat mencintainya hingga aku tak tau bahwa aku sangat bodoh sekarang.

Tak ada yang bisa kulakukan selain menangis seorang diri sekarang. Menyesalinya juga udah terlambat. Menerima juga ini sangat menyakitkan.

Aku lelah Tuhan.

AUTHOR POV

Irene memutuskan untuk menaiki taksi kerumah sakit. Ia takut untuk mengendarai mobil dengan keadaannya kacau itu.

" kembaliannya ambil saja pak. Terima kasih."

Seperti biasa irene akan tersenyum untuk menyapa pasien-pasien yang menyapanya. Ia selalu memakai topengnya saat dirumah sakit. Tak akan ada satu orangpun yang akan tahu kalau dia sedang bersedih saat ini, pengecualian untuk seulgi.

" irene !" teriak seulgi memanggil irene.

" ehh tumben kamu udah datang seul. Ada pasien penting sepertinya."

" lo gak dikabari ?" seulgi melotot melihat sahabatnya itu.

" apaan? Aku gak ada buka hp dari semalam."

" hari ini ada operasi penghapusan tumor otak, rene. Berarti ini kasus operasi lo yang kedua untuk penghapusan tumor otak."

" hah? Kenapa mendadak? Setidaknya kan diberitahu 2-3 hari sebelum operasi."

" keadaan pasien yang bikin operasi ini harus dilakukan mendadak,rene. Bersiaplah, operasinya akan dimulai jam 10 nanti. Oiya jangan tegang banget, lo bukan dokter utamanya kok. Jadi lebih mudah dari operasi lo sebelumnya."

" ya tetap aja aku harus punya persiapan,seul."

" masih ada 2 jam lagi,rene. Jangan lebay ah. Pergunain waktu lo." Seulgi meninggalkan irene yang menatap seulgi kesal.

" aishh"

*****

" Dr. bae, ini data tentang pasien yang akan dioperasi hari ini." Jinyoung meletakkan berkas itu dimeja irene, sedangkan wanita itu hanya menatap lurus layar monitor didepannya.

" mau sampai kapan kamu giniin aku, Young?"

" saya permisi."

" Jinyoung!" pria itu seketika berhenti mendengar teriakkan irene.

" kasih tau aku, dimana kesalahan aku, young."

" anda tidak salah Dr. Bae, kalau begitu saya pergi dulu."

" please... jangan seperti ini." Lirihan suara irene, menghentikkan langkah pria itu lagi.

" aku rindu kamu yang dulu. Aku gak ngerti kenapa kamu berubah seperti ini. Aku butuh kamu disaat-saat beratku ini,Young. Aku ingin bercerita sama kamu, aku ingin kamu bisa jadi tempatku bersandar sama seperti dulu. Bukan seperti ini. Kita bahkan seperti orang asing sampai kamu memanggilku dengan nama depanku. Apa pertemanan kita sebercanda itu?" irene tak bisa menahan tangisnya lagi. Ia kehilangan sosok sahabatnya. Sosok yang paling bisa ia andalkan. Sosok yang bisa berperan seperti kakaknya. Dan sosok yang sangat mengerti dirinya.

" sekarang kamu sudah punya suami. Kamu bisa berkeluh kesah pada suamimu jika kamu memiliki masalah. Suami mu bisa menjadi tempatmu bersandar. Jangan seperti ini,rene. Jika kamu seperti ini terus, aku tak tau apa aku bisa menahan perasaanku lagi. Aku tak mau menjadi perebut dan menghancurkan hubungan bahagia kalian."

" bahagia? Aku menderita,Young. Bahkan sangat menderita. Rumah tanggaku sudah hancur bahkan sehari setelah kami menikah. Kau tau? Aku bahkan lupa bagaimana rasanya bahagia. Hidupku hanya tentang bentakkan, makian, dan tamparan. Itu yang kamu bilang bahagia? Apa kamu pikir aku bahagia membiarkan suami aku sendiri tidur dengan wanita lain dirumah kami ?! iya ?! jawab aku Young ! kenapa kau diam hah!" irene terisak kencang dihadapan sahabatnya itu.

Jinyoung menarik irene kedalam pelukkannya. Ia mencoba menenangkan gadis itu dengan mengelus lembut punggung irene.

" a..aku le..lelah..hiks.." ia mengeluarkan semua tangisnya di dada bidang pria itu.

" ssttt... tenangkan dirimu dulu,rene." Setelah beberapa menit, akhirnya irene dapat tenang walau masih sedikit senggugukkan. Mereka duduk berhadapan di sofa ruangan irene. Jinyoung menatap dalam mata sembab gadis didepannya itu.

" ceritakanlah. Kenapa kamu bilang rumah tangga kamu sudah hancur bahkan dihari pertama kalian menikah?"

" kami dijodohin. Aku dan dia jelas menolak awalnya tapi kami tak bisa melakukan apapun

. Jadi kami memutuskan untuk menikah kontrak. "

" kamu bilang kamu selalu dibentak, dimaki, dan ditampar kenapa dia ngelakuin itu sama kamu?"

" aku selalu ngebantah dia dan ngelanggar aturan-aturan dalam kontrak kami. Dan mungkin dia juga sangat membenciku makannya tiap hari dia selalu membentakku."

" kamu menyukainya?"

" eung. Bahkan aku mencintainya."

" tapi hubungan kalian tak sehat. Tadi kamu juga bilang dia tidur dengan wanita lain, untuk apa kamu mempertahankannya?"

" aku tau Young. Aku bertahan karna aku takut untuk kehilangannya." Lirih gadis itu.

" tapi kamu berhak bahagia,rene. Kamu gak pantas diperlakukan seperti itu. selama ini aku yang selalu memperjuangin agar kamu bisa selalu bahagia tapi dia? Kamu terlalu berharga asal kamu tau itu."

" jadi aku harus bagaimana?"

" lepaskan dia."

*******

SUHO POV

"kamu kenapa gak pernah mau aku antar sampai rumah kamu sih?" aku bingung dengan jisoo, dari awal kami pacaran hingga sekarang memasuki tahun ketiga, gadis ini gak pernah sekalipun membiarkanku menjemput ataupun mengantarnya kerumahnya. Selalu didepan kompleks perumahannya tak lebih.

"ayah aku galak. Yasudah kamu hati-hati pulangnya ya."

Setelah mengantar jisoo aku langsung pulang. Sebenarnya aku tak pernah sedikitpun membenci irene, tapi ntah kenapa asal melihatnya aku selalu teringat tentang keegoisan orang tuaku. Jadi sadar gak sadar aku melampiaskannya ke irene.

Aku memasuki rumah ku dan irene.

Kenapa sepi? Biasanya jam segini gadis itu sudah pulang. Pasti dia akan menyambutku dengan senyumnya dan menyuruhku untuk makan malam walaupun selalu aku acuhkan.

"apa aku keterlaluan tadi pagi?"

Menyebutnya jalang, aku tau itu perkataan yang sangat jahat. Tapi aku juga tak tau kenapa harus kata itu yang selalu keluar.

Dan untuk aku membawa jisoo kerumah, aku sebenarnya ingin melihat reaksi dia saja. Dan aku tak tau kalau reaksinya akan seperti itu. Aku dan jisoo tak sampai berhubungan suami istri, aku tak sekeji itu untuk menyentuh gadis lain selain istriku. Aku hanya mencium jisoo dan memberikkan beberapa kissmark dileher jisoo agar gadis itu mendesah dan terdengar oleh irene.

Apa aku terlaluan?

Jujur aku melihatnya yang terus menangis hingga dia tertidur, ntah kenapa itu juga menyakitiku.

Ada apa denganku? Aku masih mencintai jisoo kan?





TO BE CONTINUE.....

STAY or LEAVE | SURENE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang