" Ada apa lo kesini? " Ujar Seulgi dengan tatapan kesal kepada sahabatnya itu.
" Aku mau cerita. Kamu sibuk gak?" Melihat wajah Irene yang tiba-tiba serius membuat Seulgi sedikit bingung. Karna gadis itu tidak pernah seserius ini saat ingin bercerita.
" Gak kok. Lo mau cerita apaan?" Tanya Seulgi penasaran.
" Seul..." Seulgi makin dibuat bingung saat wajah Irene berubah menjadi murung.
" Kenapa rene? Jangan buat gw penasaran dong" ucap Seulgi sedikit tidak sabaran untuk mendengar apa yang akan Irene sampaikan.
********
" APA?!!!" Teriak dokter cantik itu saat Irene selesai menceritakan semuanya.
" Gak perlu teriak juga kali Seul. Sakit telinga aku tau gk" cemberut gadis itu sambil mengelus-ngelus telinganya yang berdengung akibat teriakan Seulgi.
" Ya maaf. Jadi, kok kalian bisa dijodohin sih? Terus apaan itu perkawinan kontrak? Emang dia fikir pernikahan itu hal yang main-main apa?"
" Ya aku juga gak tau kenapa kami bisa dijodohin. Lagian pernikahan ini juga kami lakukan karna terpaksa." Jelas Irene kepada sahabatnya
" Ya tapi gak gini juga Irene. Ini namanya lo ngorbanin kebahagiaan lo sendiri. Gw gak terima kalau gini. " Protes gadis itu mencoba meyakinkan Irene untuk tidak menjalankan perjodohan itu.
" Gakpapa Seul. Lagian aku gak bisa buat nolak, ini perintah papaku." Irene mencoba tersenyum untuk meyakinkan sahabatnya itu kalau dia baik-baik saja dengan perjodohan paksa ini. Walaupun sebenarnya saat ini sangat sulit untuk tersenyum dan menerima perjodohan itu.
" Yang sabar ya Irene " Seulgi pun mengelus lembut pundak sahabat nya itu. Ia cukup prihatin dengan keadaan yang harus dialami sahabatnya.
"Kapan kalian menikah?" Tanya Seulgi setelah beberapa saat.
" 3 hari lagi."
"APA?!!!"
" Astaga Seulgi udah aku bilang gak usah teriak-teriak" kesal Irene kepada sahabatnya yang terus-terusan berteriak.
" Tapi lo kan besok ada jadwal operasi." Ucap Seulgi setengah berteriak.
"Setelah operasi, aku akan langsung pergi ke tempat upacara pernikahannya." Ujar Irene
" Besok operasi penghapusan tumor otak Irene. Itu memakan waktu yang lama rene. Bahkan sangat lama. Lo harus seharian menjalankan operasi itu tanpa tidur dan istirahat. Trus tadi apa lo bilang? Langsung pergi ketempat upacara pernikahannya setelah operasi selesai? Lo gila? " Jelas Seulgi marah dengan keputusan sahabatnya itu.
Operasi penghapusan tumor otak itu sangat lama. Dan yang pasti menguras banyak tenaga. Dan apa yang didengarnya sekarang? Sahabatnya itu ingin langsung pergi ketempat upacara pernikahan tanpa beristirahat sedikitpun? Bahkan ia yakin saat hari pernikahan itu Irene akan merasakan lelah, bukan hanya tubuh, tapi juga batin.
" Aku juga udah bilang dengan Mamaku. Tapi dia bilang tanggalnya gak bisa diundur Seul. Yasudah aku terpaksa juga ngelakuin ini" lirih Irene.
"Astaga Irene" ujar Seulgi mengusap kasar wajahnya.
*****
"Tolong selamatin putri saya dok" ujar seorang wanita paruh baya yang Irene yakini sebagai ibu dari pasien yang akan dioperasinya ini.
" Kami akan berusaha semampu kami bu." Irene tersenyum meyakinkan kepada orang tua pasiennya itu.
Irene berjalan keruang operasi yang akan ia tangani bersama tiga dokter bedah, enam ahli anestesi, dan delapan perawat. Bersama-sama, mereka melakukan enam operasi terpisah untuk menghapus serangkaian tumor otak dari seorang pasien.
Selama operasi, para dokter hanya mengambil waktu istirahat yang sangat singkat. Hal itu dilakukan agar tidak terjadi hal-hal fatal yang tidak diinginkan.
Setelah memakan waktu hampir 32 jam, akhirnya operasi itu selesai mereka laksanakan. Para dokter yang menangani pasien itu semuanya tergeletak ke lantai akibat kelelahan tak terkecuali dengan Irene. Para perawat masih memantau tanda-tanda vital pasien sebelum dipindahkan keruang rawat.
" Ini operasi terlama yang pernah kita lakuin rene." Ucap seorang dokter muda bernama Jinyoung yang tergeletak disamping Irene.
" Huft... Kamu benar Young. Ini opersi terlama kita " Irene menghadap kearah Jinyoung dan melemparkan senyum yang selalu membuat jantung laki-laki itu berdegup tak beraturan.
" Kamu hebat rene " ujar Jinyoung membalas senyum gadis itu. Laki-laki itu membeku saat tatapan mereka saling bertabrakkan. Dari pertama kali laki-laki itu bertemu Irene lebih tepatnya 2 tahun yang lalu, ia sudah jatuh cinta kepada gadis berambut panjang itu. Namun ia cukup sadar akan posisi ia dimata gadis itu. Hanya sebatas sahabat dan tak akan pernah lebih.
" Kamu juga. Oiya aku harus buru-buru pulang. " Gadis itu langsung bergegas berdiri saat teringat janji yang ia buat kepada ibunya itu.
" Terima kasih semuanya. Berkat kerja keras kita semua operasi ini berjalan dengan lancar. Kalian sudah melakukan yang terbaik. Saya pamit duluan ya." Ujar gadis itu kepada seluruh perawat dan dokter-dokter yang berjuang bersamanya tadi. Kemudian ia langsung pergi keruangan khusus untuk membuang sarung tangannya dan melepaskan baju sterilnya. Tak lupa pula sebelum gadis itu keluar, ia membersihkan tangannya terlebih dahulu.
Gadis itu sedikit berlari menuju ruangannya. Sesekali ia melihat jam yang melingkar indah dipergelangan tangannya untuk memastikan bahwa ia masih punya cukup waktu menuju tempat upacara pernikahannya.
Irene mengambil tas yang terletak di meja kerjanya dengan cepat dan buru-buru keluar sambil mencari kunci mobilnya. Namun langkahnya terhenti saat ia menabrak sesuatu yang keras? Ia mendongakkan wajahnya untuk melihat benda apa yang ditabraknya.
" Loh JinYoung? Kamu ngapain keruangan aku? Ada masalah diruang operasi?" Tanya gadis itu dengan mata membola besar.
" Gak ada masalah lagi rene. Kamu buru-buru? "
" Iya nih, aku harus udah sampai ditempat upacara pernikahanku sebelum jam 12 siang." ujar Irene tanpa sadar. Irene langsung memukul-mukul pelan bibir yang dengan kurang ajarnya membeberkan hal yang ingin ia sembunyikan
" Tempat upacara pernikahanku? Siapa yang menikah?" Tanya Jinyoung penasaran
" Eungg... I..itu Tante aku yang menikah. Iya tante aku yang menikah" Irene tersenyum kikuk kepada Jinyoung.
" Irene, kamu gak bohongkan sama aku?" Ujar Jinyoung dengan melemparkan tatapan intimidasinya. Ia cukup hapal pegerakkan gadis itu saat berbohong. Ya, dia akan berbicara terbata-bata dan tidak berani melihat mata lawan bicaranya. Waktu 2 tahun sudah cukup bagi Jinyoung untuk mengetahui kebiasaan gadis yang selalu menempati tahta tertinggi dihatinya setelah ibunya yang pasti.
" Ga..gakk Young. Yaudah ya aku buru-buru ini " Irene langsung pergi dari hadapan Jinyoung. Namun sebelum rencana melarikan diri itu berhasil, tangannya dicekal oleh laki-laki itu. Irene memberanikan diri untuk membalikkan badan dan terlihat jelas di sekitaran Laki-laki itu aura dinginnya yang hanya diperlihatkannya saat laki-laki itu marah.
" Kamu tau kan aku gak suka dibohongin? " Jinyoung berbicara masih dengan posisi yang sama -membelakangi Irene- dan seperti enggan menatap gadis itu. Irene hanya bisa terdiam saat mendengar suara dingin nan datar itu bahkan sahabatnya itu enggan untuk berbalik badan dan menatapnya.
"Young, jangan gini ah. Serem aku liatnya." Ujar Irene mencoba mencairkan suasana walaupun ia tahu kalau usahanya itu akan sia-sia.
" Jawab aku, siapa yang akan menikah?" Jinyoung masih bertahan pada posisinya dan nada suaranya yang cukup menakutkan bagi Irene. Jika sudah seperti ini, gadis itu tidak punya pilihan lain selain mengatakan yang sejujurnya.
" Aku. Aku yang menikah Young" ujar Irene menutup matanya erat-erat.
TO BE CONTINUE
THANKYOU VERYKAMSA^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
STAY or LEAVE | SURENE [END]
FanficKetika pikran memaksa untuk melepaskan Sedangkan hati memaksa untuk tetap bertahan Apa yang harus dilakukan? "Hubungan kalian tak sehat. Lepaskan lah dia" "Cinta tumbuh karna terbiasa. Masih ada alasan buat nyangkal kalo lo gak jatuh cinta sama Iren...