Maaf karena terlalu lama nggak update, nggak tau kenapa pikiran lagi nggak bisa fokus sama satu hal. Sabar-sabar nunggu ya, jan dulu dihapus dari library ceritanyaaa:')❤
Zahra memerhatikan layar laptop yang diletakkan di atas bangku taman pesantren dengan tatapan serius, sedangkan dirinya duduk di atas rerumputan terawat tanpa alas apa pun.
Saat ini dia sedang mengerjakan tugas yang akan dikumpulkan minggu depan. Wi-Fi pesantren menjadi tujuannya duduk dan mengerjakannya di taman tersebut. Padahal, di rumah sudah disediakan sambungan Wi-Fi , hanya saja dia merasa bosan dan tak bisa berpikir lebih luas jika terus berdiam diri di dalam kamar.
Tangannya bergerak mengusap dagu sembari berpikir. Beberapa detik selanjutnya seulas senyuman terbit di wajahnya saat menemukan jawaban dari apa yang dia pikirkan. Jemari lentiknya mulai menari di atas papan ketik laptop dengan lincah, pandangannya berulang kali menatap papan ketik dan layar secara bergantian.
Fokus yang sudah sejak satu jam lalu dia pertahankan tiba-tiba saja buyar saat mendengar suara salam yang diucapkan oleh seseorang di belakangnya.
Zahra menjawabnya sembari menoleh singkat kemudian kembali menatap laptop setelah melihat keberadaan Farhan yang berjalan menuju bangku dan duduk di sana.
Bagaimana dia akan fojus jika Farhan ada di sini? Terlebih, Farhan berhadapan dengannya.
"Tugas?" tanya Farhan tanpa mengalihkan pandangan dari sebuah buku yang entah sejak kapan laki-laki itu bawa.
"I-iya." Zahra menjawab dengan gugup.
"Kita satu fakultas, satu jurusan juga. Ada yang mau ditanyakan?"
Zahra mengernyit. "Bukannya Kak Farhan itu bukan anak sastra Indonesia,ya?"
"Awalnya memang bukan, tapi udah lama saya pindah jurusan."
Kepala Zahra mengangguk beberapa kali. Dia kembali membaca kalimat terakhir yang telah ia ketik di laptopnya, kemudian berpikir hal apa lagi yang akan dia ketik selanjutnya.
"Jadi ..., ada yang bisa saya bantu?" tawar Farhan sekali lagi.
Zahra menoleh menatap Farhan sembari menimbang-nimbang. Sungguh, saat ini hatinya seolah berteriak mengiyakan tawaran Farhan. Namun, logikanya berkata jika tak baik berduaan terlalu lama. Ia mengembuskan napas samar kemudian tersenyum meski tahu Farhan tak akan melihatnya. "Nggak ada, Kak. Makasih sebelumnya."
Farhan mengangguk, ia mengambil note berukuran kecil milik Zahra yang berada di samping laptop. Setelahnya tangannya merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan sebuah bolpoin. Sedikit tersenyum, ia pun menuliskan sesuatu di lembaran kosong dalam note tersebut.
Dahi Zahra sontak saja berkerut bingung dengan apa yang sedang dilakukan Farhan.
Note kembali ditutup dan Farhan menaruhnya di tempat semula. "Saya pergi dulu kalau begitu. Assalamualaikum."
KAMU SEDANG MEMBACA
Turn into Reality [TAMAT]
Romance[Seri 1 || #Book 3] Kehidupan seorang Zahra Rashdan Nafisa berubah ketika dirinya bertemu dengan seorang kakak tingkat di kampusnya sekaligus ketua santri di pesantren keluarganya. Lelaki menyebalkan dengan segala batasan yang dimilikinya, mampu mem...