Di sinilah malam ini Zahra berada, duduk berhadapan dengan Farhan yang sebenarnya tidak hanya berdua. Kecanggungan masih saja terasa, padahal kedua orangtuanya selalu mencairkan suasana dengan melayangkan beberapa pertanyaan random kepada Zahra maupun yang lainnya.
Acara makan malam telah selesai, dan mereka kini tengah berbincang di ruang tamu. Hujan sepertinya tidak akan reda dalam waktu dekat, karena semakin ke mari justru semakin deras.
"Jadi sekarang Nak Farhan sedang proses skripsi?" tanya Nishrina.
Zahra menyandarkan kepala di bahu milik Alfan sembari tetap menyimak obrolan mereka tanpa mau repot-repot terlibat ke dalamnya.
"Iya, Tante. Doakan semoga dipermudah sampai wisuda nanti."
"Aamiin. Semoga lancar."
Zahra menatap Farhan diam-diam. Jadi lelaki itu sedang skripsi saat ini? Lalu itu artinya kesempatannya untuk bertemu Farhan juga hanya tersisa sebentar lagi?
Entah kenapa memikirkan itu membuat Zahra ingin sekali menangis. Dan benar saja, di menit selanjutnya cairan bening itu turun. Zahra dengan cepat menoleh ke belakang untuk menyeka airmatanya.
Dia kembali bersandar di bahu Alfan sembari memeluk lengannya. Apa setelah wisuda Farhan akan pergi juga kembali ke kota asalnya?
Zahra membuang napas dalam. Atensinya saat ini benar-benar teralihkan. Bahkan obrolan yang tercipta selanjutnya pun tidak sempat tertangkap indera pendengarannya.
Farhan melirik arloji di pergelangan tangan kirinya. Ternyata sudah satu jam dia bergabung di ruang tamu bersama keluarga Zahra. Rasanya hujan di luar juga sudah sedikit reda.
Dia mengangkat pandangan, kemudian mengernyitkan dahi sekejap saat melihat Zahra. Pandangannya beralih pada Alfan yang berada di samping Zahra. "Om, maaf. Itu sepertinya Zahra tertidur."
Semua orang menatap Zahra. Ternyata perempuan itu memang tertidur dengan keadaan memeluk lengan Alfan dan bersandar di bahunya.
"Wah, wah, wah! Kak Zahra ada calon suami malah tidur." Zidan berseru sembari menggelengkan kepala.
Farhan sontak saja menatap Zidan akibat ucapannya.
"Sstt ...nanti Zahra bangun. Kasihan!" peringat Nishrina.
Dengan hati-hati Alfan bangkit dari posisinya dan langsung saja mengangkat tubuh Zahra. "Aku ke atas dulu, Nish. Sebentar, ya, Nak Farhan."
"Ah, iya, Om." Farhan menanggapi dengan gugup. Pasalnya ucapan Zidan masih bercokol di kepalanya. Calon suami katanya? Yang benar saja!
****
Zahra menuliskan beberapa hal penting pada buku catatan khusus yang dia bawa ke kampus. Sesekali dia menyeruput es teh yang dia pesan.
Siang ini dia tengah berada di kafetaria fakultasnya untuk makan siang sembari menunggu kelas selanjutnya yang akan dimulai pukul dua nanti.
Dia tidak sendiri, seperti biasa Sashi akan menemaninya. Perempuan itu tengah memakan bakmi pesanannya, duduk berhadapan dengan Zahra.
"Oh iya!" Tiba-tiba saja Sashi bersuara. Membuat Zahra mengangkat pandangan ke arahnya.
"Kenapa, sih? Kamu buat aku kaget."
Sashi terkekeh. "Maaf, maaf."
Zahra menutup buku lalu memasukkan ke dalam tasnya. "Memangnya ada apa?"
"Kok aku bisa lupa, ya?"
"Lupa apa?" tanya Zahra tak sabaran.
"Kamu ada hutang sama aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Turn into Reality [TAMAT]
Romansa[Seri 1 || #Book 3] Kehidupan seorang Zahra Rashdan Nafisa berubah ketika dirinya bertemu dengan seorang kakak tingkat di kampusnya sekaligus ketua santri di pesantren keluarganya. Lelaki menyebalkan dengan segala batasan yang dimilikinya, mampu mem...