▪Turn into Reality - 35|Tak Disangka-sangka▪

234 34 6
                                    

By the way, mulai besok cerita ini ganti judul jadi “TURN INTO REALITY” jadi jangan bingung kalo nanti ada notif update dengan judul asing.

Happy reading.

**

Zahra berjalan mondar-mandir sembari menggigiti ujung kukunya. Sesekali pandangannya tertuju pada beberapa hidangan makanan yang baru selesai disiapkan para jasa boga.

Pasalnya, malam ini adalah malam pertemuan antara dua keluarga. Yaitu, keluarganya dan juga keluarga si lelaki yang memberikan cincin yang sampai saat ini masih tersemat di jari manisnya.

Sepulangnya dirinya dari butik di hari bedah buku tempo lalu, keluarganya salah paham ketika melihat cincinnya telah dia kenakan. Padahal, itu adalah sebuah ketidaksengajaan.

Namun, sudah satu minggu berusaha dan cincin itu memang belum juga bisa dilepas. Alhasil, dia pun membenarkan jika dirinya menerima lamaran tersebut meski saat ini perasaannya begitu campur aduk tak keruan.

Zahra merasa takut kalau-kalau si lelaki justru tidak sesuai ekspektasinya beberapa hari ini. Karena sampai saat ini, kedua orangtuanya tidak juga mau memberitahu dirinya perihal lelaki yang sebentar lagi akan datang itu.

"Kak Zahra jangan tegang begitu," ujar Zidan yang baru saja menghampirinya.

"Udah datang?" tanya Zahra yang langsung diberikan gelengan kepala oleh Zidan. "Aduh, gimana, ya ...?"

Zidan tertawa kecil. Dia mengusap pelan peluh di wajah kakak kembarnya itu menggunakan tisu. "Gimana apa? Kakak udah cantik, kok. Tinggal siapkan mental aja."

"Itu masalahnya. Aku takut laki-laki itu nggak sesuai sama bayangan aku."

"Mau gimana pun, Kakak sendiri yang terima lamaran itu. Atau kalau pun ragu. Bisa diutarakan malam ini, 'kan?"

Zahra mengambil duduk di salah satu kursi di sana. "Mana bisa! Mereka pasti udah berpikiran bahwa aku bakal bersedia diajak menikah juga. Ayah sama bunda pasti malu kalau malam ini aku menolak."

Senyum simpul muncul di wajah Zidan. Dia berjongkok berhadapan dengan perempuan yang saat ini sudah berdandan rapi itu. Diusapnya punggung tangannya. "Bismillah. Kalau pun Kakak terima, pasti itu salah satu takdir Allah, 'kan? Apa pun risikonya, ikuti kata hati Kakak aja. Aku bakal dukung, kok. Ya, meskipun keputusannya adalah penolakan."

"Keluarga laki-laki udah sampai. Ayo ke depan, Kak!"

Baik Zahra maupun Zidan, keduanya menoleh saat mendengar suara Zihan. Mereka mengangguk dan mengikuti gadis itu.

Berbeda dengan Zidan yang keluar rumah untuk ikut menyambut bersama kedua orangtuanya, Zahra dan Zihan justru masuk ke dalam sebuah ruangan yang bersisian dengan ruangan yang akan dipakai acara malam ini.

"Kamu lihat nggak laki-laki itu siapa?" tanya Zahra.

Zihan menggelengkan kepala. "Udah tenang aja, Kak. InsyaAllah nggak akan mengecewakan. Semoga aja."

"Aamiin ...."

Beberapa menit berlalu, Zahra disusuli salah satu kerabatnya bersama Sashi. Mereka memintanya untuk segera ke tempat acara.

"Shi, Shi."

Sashi bergumam tak jelas saja menimpali ucapan temannya itu. Namun, selanjutnya dia berbicara serius, "Jangan terlalu cemas. Aku percaya, kok, kalau kamu bakal bahagia nantinya. Apalagi setelah menikah."

"Tapi ...."

"Sshhtt ...," Sashi menggenggam lengan Zahra. "Udah."

Jantung Zahra semakin berdetak kencang ketika baru satu langkah dia memasuki ruangan sedikit luas itu. Banyak orang di sana. Yang mana mereka adalah perpaduan dari keluarga besarnya dan keluarga si laki-laki.

Turn into Reality [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang