▪Turn into Reality - 7|Zihan▪

231 24 0
                                    

Zahra terdiam di dalam kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zahra terdiam di dalam kamarnya. Sejak tadi dia hanya menatap hampa ke arah luar melalui jendela. Bukan lagi memikirkan kejadian di jalan tadi, tetapi memikirkan sosok yang bahkan tidak pernah sama sekali dia harapkan untuk dipikirkan.

Farhan. Laki-laki itu kenapa selalu datang ke dalam hari-harinya, begitu juga dia selalu ada setiap kali Zahra membutuhkan bantuan seseorang.

Semalam diberikan perlindungan saat hujan, beberapa saat lalu diselamatkan dari kecelakaan. Anehnya, sesuatu seolah sengaja ditanam di hati Zahra. Sesuatu yang tidak pernah Zahra rasakan kepada siapa pun.

Zahra tidak mengerti, mengapa tadi itu Farhan begitu mencemaskannya. Ah, tidak. Sejak awal Farhan berbicara bahwa dia tidak tahu jika yang ditolongnya adalah Zahra. Mungkin saja kecemasan itu hadir karena dengan mata kepalanya sendiri Farhan nyaris menyaksikan kecelakaan.

Artinya, kecemasan itu tidak diperuntukkan khusus untuk diri Zahra. Melainkan karena kejadian tersebut saja. Namun, kenapa saat Zahra menangis kepada Nishrina setibanya mereka di sini, Farhan semakin terlihat cemas.

Zahra menarik napas kemudian membuangnya dengan berat. Mungkin Zahra saja yang sedikit salah paham atas sikap Farhan.

"Assalamualaikum,Kak."

Suara Zidan yang tiba-tiba masuk membuat Zahra menoleh ke arahnya. "Waalaikumsal-"

Jawaban salam yang diucapkan Zahra terpaksa terhenti saat Zidan menabrakkan tubuh mereka, mendekap Zahra penuh kekhawatiran.

"Waalaikumsalam," ulang Zahra. "Kenapa?"

"Kamu baik-baik aja?" Zidan bertanya sembari melepas dekapannya. Dia membolik-balik tubuh kakak kembarnya itu ke samping kiri dan kanan. "Nggak ada yang lecet?"

Zahra memberikan senyuman lebarnya,membuktikan pada Zidan bahwa dirinya baik-baik saja. "Aku nggak apa-apa."

Zidan membuang napas lega. "Syukur alhamdulillah." Dia mendudukkan bokongnya di tepi ranjang milik Zahra.

"Kamu dari mana?"

"Kampus. Aku bolos satu mata kuliah karena dapat kabar dari kak Farhan kalau kamu nyaris tertabrak."

Zahra menarik kursi ke hadapan Zidan dan duduk di sana. "Aku baik-baik aja."

"Kenapa ceroboh,sih?" tanya Zidan dengan tatapan yang kini berubah marah. "Ayah sama bunda nggak perlu 'kan mengajari kamu caranya menyeberang? Atau perlu aku sendiri yang turun tangan buat memapah kamu di jalanan? Rasanya umur kamu lebih tua dari aku dan mestinya kamu tahu caranya bersikap di jalanan."

Raut wajah Zahra berubah sedih. Zidan memang sudah biasa bicara dengan bahasa yang begitu menohok jika dia sedang cemas. Tetapi meski sudah terbiasa,tetap saja hatinya terluka. "Tadi aku udah tengok kanan-kiri sebelum nyeberang,kok. Tapi nggak tahu dari mana mobil itu tiba-tiba datang dan nyaris nabrak aku."

Turn into Reality [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang