▪Turn into Reality - 22|Di Luar Dugaan▪

182 29 3
                                    

Menggenggam lengan penuh rasa haru. Langkah demi langkah perlahan menuntunnya semakin masuk ke dalam gedung sederhana. Senyuman palsu tersungging di wajah setiap anggota keluarganya. Tetapi tidak dengan dirinya. Zahra tersenyum dengan tulus sembari mengaping adik kembarnya yang beberapa saat lagi akan segera menjadi seorang suami sekaligus seorang ayah.

Beberapa hari lalu, tepatnya setelah kejadian di mana Zahra rela menurunkan harga dirinya untuk bersimpuh di kaki Kirana, keesokan harinya gugatan atas Zidan resmi ditarik. Dan kali ini, setelah menunda pernikahan yang seharusnya dilaksanakan minggu lalu karena harus membuat dokumen-dokumen yang dibutuhkan, pada akhirnya pernikahan tanpa cinta antara Zidan dan Kirana akan berlangsung.

Cukup mengejutkan pada awalnya. Karena semua yang terjadi hari ini tak lain adalah karena Farhan yang berusaha meyakinkan Kirana dan ibunya. Tentu cukup sulit membatalkan suatu pernikahan. Selain mengalami kerugian dengan pembatalan persiapan, Farhan juga cukup sulit membuat orangtua serta seluruh keluarganya mengerti.

Begitu juga dengan Zahra. Dia harus melakukan banyak cara untuk meluluhkan hati kedua orangtuanya sendiri agar mau menerima Kirana di dalam keluarganya. Bukan bahagia yang Zahra mau, tetapi kebaikan untuk Zidan dan Kirana sendiri.

Zahra menggenggam tangan Zidan. "Jangan gugup."

"Maaf aku mendahului Kakak." Sejak beberapa hari lalu, kalimat itulah yang Zidan katakan pada kakak kembarnya.

"Nggak apa-apa." Zahra tersenyum. "Sama Bunda, ya. Aku di belakang."

Bertepatan dengan itu, Nishrina dan Alfan mulai mengapit Zidan di arah kiri dan kanan. Sementara Zahra beringsut mundur, berdiri sejajar dengan Farhan dan Sashi yang memang ikut dalam rombongan pengantin pria.

Untuk beberapa waktu yang sangat-sangat singkat, pandangan Zahra dan Farhan bertemu. Sedikit Zahra memberikan senyuman di wajah berpoles make up itu. Kemudian setelahnya ia lebih memilih menyapa Sashi di sampingnya.

Beberapa waktu berlalu, akad pernikahan sudah berlangsung dengan disaksikan kedua keluarga dan beberapa teman dekat. Karena memang mereka tidak banyak mengundang kenalan mereka.

Zidan dan Kirana sejak tadi berdiri menyalami para tamu di atas pelaminan. Meski tidak ada cinta di hati keduanya, nyatanya dari penampilan mereka cukup serasi dan cocok. Zidan dengan jas hitam yang tampak gagah dipakainya. Dan Kirana yang memakai gaun yang tidak mencetak lekuk tubuhnya. Mungkin agar tidak memperlihatkan perutnya yang semakin membuncit. Sesekali mereka terlihat sedang terlibat obrolan, sesekali juga Kirana tersenyum setelah mendapati respons dari Zidan.

Acara sudah berlangsung berjam-jam. Saat ini Zahra duduk sendiri di salah satu meja bundar yang kosong tanpa makanan. Sashi sudah pulang lebih dulu karena harus mengunjungi keluarganya yang juga tengah melangsungkan sebuah acara.

Pandangannya tak pernah terlepas dari Zidan dan Kirana di depan sana. Sesekali ia mengabadikan momen mereka di ponselnya.

Zahra masih tidak menyangka dirinya akan kehilangan Zidan secepat ini. Padahal ia rasa baru beberapa saat lalu dirinya dan Zidan bertengkar, atau menangis bersama. Bahkan sakit di waktu yang sama. Tapi sekarang, Zidan sudah beranjak dewasa. Lelaki itu akan membangun rumahnya sendiri, jauh dari dirinya.

Perempuan itu membuang napas dalam. Mau tak mau, layaknya orang tua dirinya yang seorang saudarapun harus benar-benar rela melepas adik kembarnya untuk menempuh kehidupan yang baru.

Matanya berhenti mengerjap saat tepat di depan matanya sebuah piring berisi makanan utama disodorkan seseorang dari belakang. Zahra menoleh ke belakang, dan saat itu pula rasa senang membuncah dalam dirinya.

Turn into Reality [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang