Fyi, mungkin Un Día (One Day) bakal ganti judul jadi Turn Into Reality. Kalau sewaktu-waktu judul berubah, jangan bingung, ya.
Dan cerita ini tinggal beberapa part lagi by the way.Kalian tim sad ending atau happy ending?
.
.Pandangan boleh saja tertuju pada dosen yang tengah menjelaskan sembari mengganti slide demi slide pada layar yang menunjukkan penjelasan singkat tentang materi saat ini. Namun, pikiran Zahra saat ini cukup terpecah belah. Sebagian berusaha memahami materi, sementara yang lainnya memikirkan wisuda Farhan yang saat ini sedang berlangsung.
Setelah beberapa waktu lalu berhasil lolos dari sidang skripsi, maka hari inilah lelaki itu bisa menjalani prosesi kelulusannya.
Yang Zahra pikirkan saat ini adalah, di saat kedua orangtuanya bisa hadir untuk memberi selamat kepada Farhan. Mengapa dirinya masih saja di sini?
Seharusnya dia pun bisa menemui Farhan sejak tadi. Namun, dosen yang saat ini tengah mengajar itu tiba-tiba saja memberi informasi bahwa pembelajaran jadi dilaksanakan. Padahal sebelumnya dosen tersebut mengatakan bahwa dirinya tidak bisa hadir untuk mengajar karena suatu alasan.
Zahra tengok kanan-kiri. Sashi tidak mengikuti mata kuliah yang dia ambil. Alhasil saat ini dirinya sendiri. Lebih tepatnya dengan temannya yang lain.
"Saudari Zahra, tolong diperhatikan!"
Dia mengerjapkan mata saat dosen menegurnya. Tersenyum canggung, Zahra pun mengangguk dan memilih memberikan fokus yang lebih terhadap pembelajaran siang ini.
Hingga akhirnya dua jam kemudian, Zahra baru bisa keluar dari kelas. Dengan langkah tergesa dan tangan yang memegang sebuah buket bunga, dia terus berjalan menuju ruang auditorium tempat wisuda diselenggarakan. Dia rasa acara tersebut baru saja selesai. "Semoga kak Farhan belum pulang," gumamnya.
"Lho, mau ke mana, Ra?"
Zahra menoleh sembari menghentikan langkahnya saat mendengar suara Sashi. Dia tersenyum. Tampaknya Sashi baru selesai mengerjakan tugas di perpustakaan. Karena temannya itu datang dari tangga menuju perpustakaan. "Ke tempat wisuda."
"Ketemu siapa?"
"Kak Farhan. Siapa la-Eh, nggak!" ujar Zahra cepat-cepat meralat ucapannya. "Ada kenalan aku di sana. Tapi bukan kak Farhan, kok." Zahra menggigit bibir bawahnya cemas. Terlebih tiba-tiba saja Sashi tertawa.
"Kak Farhan, ya?" Sashi menaik-turunkan kedua alisnya menggoda Zahra yang saat ini wajahnya berubah merah. "Aduh, sampai bawa bunga. Sejak kapan kak Farhan jadi orang spesial di hidup kamu, hm?"
Zahra berdeham demi menetralisir kegugupannya. "I-itu ...udah aku bilang bukan buat kak Farhan. Udah, ya, Shi. Aku duluan. Assalamualaikum."
Sashi tertawa kecil saat Zahra berlari menghindarinya. "Kayaknya Zahra emang suka sama kak Farhan, deh." Dia menggelengkan kepala melihat tingkah laku temannya yang jelas sekali jika sedang gugup.
Sementara itu Zahra terus berjalan hingga akhirnya langkahnya sedikit melamban ketika nyaris sampai di ruangan tujuannya. Beberapa orang tampak berangsur pergi, para mahasiswa-mahasiswi dengan gagahnya memakai toga bersama teman atau walinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Turn into Reality [TAMAT]
Romance[Seri 1 || #Book 3] Kehidupan seorang Zahra Rashdan Nafisa berubah ketika dirinya bertemu dengan seorang kakak tingkat di kampusnya sekaligus ketua santri di pesantren keluarganya. Lelaki menyebalkan dengan segala batasan yang dimilikinya, mampu mem...