Akhirnya bisa update!
-🌻-
Zahra yang tengah asyik menyirami bunga di halaman belakang pesantren mendadak terdiam ketika menyadari ada seseorang yang diam-diam memerhatikannya di dalam salah satu kamar santri.
Kepalanya perlahan mendongak dengan mata yang memicing ke arah sana, seingatnya itu kamar Farhan. Dan benar saja, saat sudah seluruhnya mengangkat pandangan, Zahra bisa melihat Farhan tengah berdiri di depan jendela yang terbuka.
Dia membuang napas cukup panjang sembari mengalihkan pandangan. Diakhirinya aktivitas menyiram bunga, Zahra pun dengan segera pergi dari sana tetapi dengan gerak-gerik yang biasa saja.
Kejadian kemarin sore berhasil membuatnya tidak bisa tidur semalaman. Entahlah, rasanya ada sesuatu yang mengganjal di dadanya hanya karena tahu jika semua hal yang dilakukan Farhan padanya belakangan ini tidak lebih dari sekadar keisengan.
Zahra yang sudah berada di dalam kamarnya hanya bisa terdiam di tepi ranjang. Apa perasaan yang semalam dia rasakan adalah perasaan kecewa?
Tapi kecewa karena apa? Toh, Zahra tidak memiliki perasaan apa pun pada Farhan.
Atau jangan-jangan .... Zahra cepat-cepat mengenyahkan pikirannya. Mana mungkin dalam pertemuan singkat dia bisa jatuh cinta pada Farhan?
Tapi bagaimana jika hal itu benar adanya?
"Zahra."
Mendengar namanya disebut, Zahra pun menoleh ke arah sumber suara. Ternyata itu neneknya, Sabilla. "Iya, Nek?"
"Kamu tidak ke kampus?" tanya Sabilla yang kini berjalan menghampiri Zahra.
"Zahra cuma ada kelas siang, Nek. Jadi sekarang masih di sini." Zahra tersenyum. "Kenapa?"
"Tidak ada. Tadi kamu belum sarapan, 'kan? Nenek lihat kamu hanya menyiapkan makanan saja."
Zahra tersenyum kikuk. "Iya, Nek. Tadi belum sempat."
"Ya sudah sekarang kamu makan. Biar nanti waktu kuliah nggak lapar."
"Iya, nanti Zahra makan, Nek."
Sabilla mengangguk. "Ya sudah Nenek tinggal ke madrasah dulu, ya?"
"Iya, Nek. Hati-hati."
"Kamu jangan lupa makan. Kalau makanannya dingin, dipanaskan saja."
Zahra tersenyum saja menanggapi ucapan Sabilla. Hingga akhirnya Sabilla pun pergi dengan tak lupa mengucap salam lebih dulu.
Sembari menatap ke arah pintu yang perlahan ditarik menutup oleh Sabilla, Zahra mengembuskan napas dalam. Sebenarnya jika mau dia juga masih memiliki waktu untuk sarapan, hanya saja memang entah kenapa melihat makanan yang biasanya tampak menggiurkan pun tak juga membuat selera makannya timbul.
Berselang beberapa menit, sayup-sayup dia mendengar ketukan di pintu. Merasa ketukan itu kembali terdengar hingga dua kali, Zahra rasa tidak ada orang di sini selain dirinya. Alhasil, dia pun bergegas ke depan untuk membukakan pintu.
Tiga kali ketukan, dan setelahnya dia tidak lagi mendengarnya tepat saat sudah menggenggam gagang pintu. Kendati begitu, pintu tetap dibuka.
Baru saja pintu dibuka, Zahra hanya mendapati seseorang berjalan menjauhi pintu tersebut. "Ada apa, Kak?"
Orang yang semula hendak pergi pun mengurungkan niatnya saat mendengar suara Zahra, dia berbalik badan dan kembali mendekat. "Assalamualaikum."
KAMU SEDANG MEMBACA
Turn into Reality [TAMAT]
Romance[Seri 1 || #Book 3] Kehidupan seorang Zahra Rashdan Nafisa berubah ketika dirinya bertemu dengan seorang kakak tingkat di kampusnya sekaligus ketua santri di pesantren keluarganya. Lelaki menyebalkan dengan segala batasan yang dimilikinya, mampu mem...