▪Turn into Reality - 3|Cincin Pernikahan?▪

285 33 0
                                    

"Zahra!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Zahra!"

Teriakkan Nishrina dari luar berulang kali terdengar, menyadarkan Zahra dari perasaan terkejutnya.

Cepat-cepat dia menutup jendela dan berjalan menuju pintu, membukanya. Zahra tersenyum saat melihat wanita bercadar yang tak lain adalah bundanya itu. "Kenapa,Bun?"

"Ayok, kita ikut bersih-bersih!" ajak Nishrina dengan begitu bersemangat.

Zahra mengernyit. "Bersih-bersih pakai gamis, Bunda?"

"Sudah, ayok!" Nishrina menarik tangan putrinya ke luar dari kamar tersebut.

Merasa dipaksa, Zahra merengut sedikit kesal. "Bunda ih."

"Kenapa?"

"Bunda yakin?"

"Yakin, seribu persen yakin," jawab Nishrina tanpa menatap Zahra. "Ayah kamu juga ada di belakang, menanam tumbuhan obat."

"Ayah juga di belakang?"

"Iya."

"Ya udah, Zahra ikut bersih-bersih pesantren. Tapi Zahra bisa 'kan nggak ke belakang? Zahra bisa ke masjid, atau di halaman depan. Bisa juga di lantai atas."

"Tidak. Ayah kamu ada di belakang, jadi kita juga harus ke sana."

Zahra mengembuskan napas panjang dan memilih mengikuti keinginan Nishrina. Tak baik juga jika harus mendebat maunya bunda.

Beberapa menit berjalan ke sana ke mari agar sampai di halaman belakang, pada akhirnya mereka pun kini sudah di tempat yang mereka tuju.

Banyak santriwati yang menyalami bunda dengan tangan bersihnya, atau beberapa ada yang hanya mengangguk sopan.

Kini, keduanya mulai memasuki area kebun. Jantung Zahra benar-benar berpacu cepat saat langkahnya semakin membawanya mendekat ke arah laki-laki yang dia perhatikan di kamar tadi, terlebih kini laki-laki itu tengah membantu ayahnya menggali sedikit tanah.

"Assalamualaikum." Nishrina mengucap salam, kemudian Zahra mengikuti.

Beberapa orang yang mendengar salam dengan otomatis menjawabnya. Alfan dan laki-laki tadi berdiri. Laki-laki itu menangkupkan kedua tangan kotornya di depan dada. "Maaf tangan saya kotor."

"Tidak apa-apa." Nishrina menyahuti dengan ramah.

Zahra terdiam di tempatnya. Diam-diam dia melirik laki-laki itu. Dan, menyebalkan! Tepat saat dia meliriknya, ternyata laki-laki itu melakukan hal yang sama.

Dia berlari ke arah ayahnya. "Ada yang bisa Zahra bantu,Yah?"

"Nanti kamu masukkan tanamannya waktu Ayah selesai buat lubangnya."

Zahra mengangguk. Dia kembali menoleh ke arah laki-laki tadi.

Alfan yang diam-diam menyadari ke mana arah pandangan putrinya pun menggelengkan kepala. "Tanamannya ada di sini, Sayang."

Turn into Reality [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang