MENDENGAR semuanya, membuat Zahra cepat-cepat naik ke lantai atas untuk ke kamarnya. Selain ingin istirahat, dia pun ingin sekali menghubungi Farhan.
Tiba di sana, langsung saja dirinya berlari menuju meja rias dan mendudukkan bokongnya di atas kursi. Dia mengambil ponsel dan menghubungi nomor Farhan. “Angkat, dong, Kak!”
Dering pertama,
Dering ke dua,
Tut ...tut ...tut ....
“Kok, ditolak?!” Zahra meletakkan ponsel dan mengambil buket bunga pemberian Farhan. Meski dalam keadaan sedikit kesal. Namun, dirinya tetap tersenyum memikirkan bagaimana rencana lelaki itu berjalan sesuai harapan.
Dahinya berkerut ketika baru saja menyadari bahwa ada note di salah satu bagian buket. Zahra pun mengambil kertas tersebut kemudian membacanya.
“Selamat bertambah usia, Zahra. Semoga tahun ini kamu mendapatkan apa yang kamu inginkan. Oh ya, tolong jangan telepon saya kalau bukan soal persiapan pernikahan. Ayo, kita bicarakan soal semuanya nanti setelah kita menikah. InsyaAllah.”
“Jadi itu kenapa tadi dia nggak terima telepon?” gumam Zahra sembari meletakkan note berwarna merah muda itu ke dalam sebuah kotak. Dia mengendikkan bahunya. “Ya udah, deh. Lagi pula, nanti juga bakal sering ketemu.”
Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian, Zahra pun segera saja membaringkan tubuhnya. Sepertinya malam ini dirinya akan tidur jauh lebih nyenyak dari sebelumnya.
* * *
Dua bulan setelah acara pertunangan diselenggarakan. Kini tiba saatnya untuk Zahra dan Farhan melakukan akad nikah beserta resepsinya.
Selama dua bulan ini mereka cukup sibuk menyiapkan banyak hal. Bahkan Zahra sama sekali tidak bisa tidur untuk beberapa hari terakhir. Beruntung itu tidak terlalu berpengaruh bagi penampilan wajahnya.
Pagi-pagi sekali Zahra sudah dirias oleh para perias handal. Hingga kali ini gaun putih yang tidak terlalu mencetak tubuhnya sudah membalut tubuhnya. Tak lupa, kerudung yang dibuat menutupi dada. Di atas kepalanya dipakaikan sebuah mahkota berukuran tidak terlalu besar.
Dia bergerak tak nyaman di tempatnya. Berulang kali jam di ponselnya dia cek.
Zahra masih tak menyangka jika hari ini akan tiba. Hari di mana dirinya akan segera dipersatukan dengan lelaki yang selama ini dia idam-idamkan.
Padahal, Farhan tak lain adalah lelaki yang masih terlihat labil. Terkadang bertingkah seolah dia memiliki rasa yang sama, tetapi terkadang dia juga bersikap cuek. Terkadang menyebalkan, 'kadang juga keterlaluan pedulinya. Selama ini dia tak pernah berpikir jika di balik sikap Farhan yang tidak memiliki tanda-tanda serius padanya, justru Farhanlah yang datang sendiri menemui ayahnya dan saat ini akan meminangnya.
Namun, masalahnya saat ini adalah Farhan dan keluarganya belum juga tiba di tempat akad nikah dan resepsi diadakan. Padahal, semua keluarga dan beberapa tamu sudah hadir.
Keluarganya tampak cemas karena keluarga mempelai pria bukan lagi terlambat hanya satu jam. Melainkan dua jam lebih.
“Zahra. Coba kamu yang hubungi kak Farhan.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Turn into Reality [TAMAT]
Romance[Seri 1 || #Book 3] Kehidupan seorang Zahra Rashdan Nafisa berubah ketika dirinya bertemu dengan seorang kakak tingkat di kampusnya sekaligus ketua santri di pesantren keluarganya. Lelaki menyebalkan dengan segala batasan yang dimilikinya, mampu mem...