▪Turn into Reality - 2|Dia?▪

368 34 2
                                    

Jam kuliah selesai tepat pukul dua belas siang, Zahra memilih diam lebih dulu di kantin fakultas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam kuliah selesai tepat pukul dua belas siang, Zahra memilih diam lebih dulu di kantin fakultas.

Setiap fakultas di kampus ini memang memiliki fasilitasnya masing-masing, tetapi terdapat satu fasilitas semacam perpustakaan maupun kantin umum dan beberapa fasilitas lain yang mana di sana akan terdapat banyak mahasiswa dari berbagai fakultas.

Sashi ada di sampingnya, duduk dan terfokus pada mi ayam yang dia pesan beberapa menit lalu. Perempuan itu tidak sedikit pun bersuara. Sedangkan Zahra hanya berkutat dengan ponsel dan minumannya.

"Mau aku antar pulang,Ra?"

Merasa diajak bicara setelah sekian lama tidak, Zahra pun menoleh ke arah Sashi. "Nggak perlu kayaknya, aku dijemput ayahku."

"Tumben."

"Iya, mau ke pesantren keluarganya ayah soalnya."

Sashi yang memang tahu pesantren yang dimaksud Zahra pun mengganggukkan kepala mengerti. "Habis ini aku mau ke toko buku, tadinya pengin minta antar."

Zahra terkekeh. "Bisa besok nggak kamu ke toko bukunya? Kalau besok aku bisa antar."

"Boleh. Ya udah, besok, ya!"

"Iya." Zahra meraih minumannya kemudian sedikit menyesapnya. "Tugas yang dikasih hari Senin itu harus selesai besok, ya?"

Sashi mendadak menatap Zahra terkejut. "Aduh, untung kamu nanya. Kalau enggak, habis aku karena lupa."

Zahra berdecak sembari menggelengkan kepala. "Kamu ini kebiasaan."

"Heran aku, giliran hal lain aja kamu mendadak jadi orang pelupa, tapi masalah tugas nggak pernah lupa."

Kedua bahu Zahra terangkat. "Mana aku tahu."

"Ayah kamu di mana? Yuk, pulang sekarang!" ajak Sashi setelah lama mereka kembali terdiam.

Zahra mengecek ponselnya, menelepon Alfan dan menanyakan keberadaan ayahnya itu. "Bentar,ya,Shi?"

"Santai."

"Waalaikumsalam,Yah." Zahra menjawab setelah Alfan menyebut salam di seberang panggilan.

"Ayah sudah sampai di pesantren, nanti ada Zidan yang datang ke kampus."

Zahra merengut. "Kok Zidan?"

"Lalu kamu mau siapa?"

"Tadi pagi bukannya Ayah yang mau datang?"

"Iya, tadi Ayah langsung pergi dari kantor. Bunda kamu mau cepat-cepat katanya."

"Ih, Bunda kok begitu? Ya udah deh, nanti Zahra telepon Zidan. Assalamualaikum." Zahra mematikan sambungan telepon sebelum Alfan berhasil menjawab ucapannya.

Dia kesal. Sebenarnya tidak masalah jika Zidan yang akan menjemputnya, tapi saat ini Zahra sedang ingin bersama Alfan,bukan yang lain.

Zahra meraih tasnya. "Yuk?"

Turn into Reality [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang