BUTA 2. Kenalan

655 37 8
                                    

PART SEDANG DIREVISI!!!

JIKA ADA KALIMAT YANG TIDAK NYAMBUNG ATAU ANEH. DIMOHON UNTUK MEREFRESH ATAU LEBIH BAIK KELUARIN DARI LIBRARY DAN DIMASUKIN LAGI!!

________

Ini bukan kisah seorang Bad Boy bertemu Good Girl, bukan kisah seorang Bad Girl bertemu Good Boy. Bukan juga kisah seorang Ketua OSIS dingin yang bertemu gadisnya di sekolah. Sama sekali tidak. Ini kisah Fano dan Fanya. Apakah kisah mereka berbeda? Mungkin tidak. Kisah yang terdengar klise.

Fano dan Fanya, inilah kisahnya.

***

Perjalanan menuju gerbang sekolah dipenuhi oleh siswa dari SMA Alhaksel. Mulai dari motor, mobil, dan siswa yang memilih hidup sehat, yaitu berjalan kaki. Hanya 300 meter saja, menurut mereka itu sudah biasa. Salah satunya Fanya yang memilih untuk berjalan kaki memasuki kompleks sekolahnya.

"Haii cantik. Pagi."

Fanya mengernyit saat tiba-tiba saja mendengar suara seorang lelaki di sampingnya. Tak memilih untuk menoleh, Fanya hanya berdrhem. "Hm."

"Nama lo Fanya, 'kan?"

Dia tahu nama Fanya?

"Iya." Jawab Fanya

"Pagiiiii." Sapa cowok itu girang dan semangat.

"Pagi." Jawab Fanya masih tak berminat menoleh.

Cowok itu mengulurkan tangannya ke depan wajah Fanya membuat kepala gadis itu mundur sedikit. "Kenalin, gue Fa—"

"Hah? Lo, 'kan?" Fanya kaget membuat cowok itu tak selesai memperkenalkan diri. Fanya mengingat kesamaan wajah cowok ini dengan cowok yang dia lihat di warung kayu kemarin. Cowok ini benar-benar dia, yang terus menatap Fanya dari seberang halte tanpa berkedip. "Dasar! Terserah mau nama lo Farel, Farah, Fahmi, atau mungkin Fatmawati? Gue nggak perduli!" ujar Fanya penuh penekanan.

Cowok itu tersenyum manis menatap Fanya yang tiba-tiba saja ngegas. "Tenang. Cuma kenalan." Ucapnya menarik tangan Fanya agar menerima perkenalannya.

Bulat mata Fanya semakin membesar. "Ih!" teriaknya menarik tangannya kembali. "Nggak mau," Ucap Fanya yang sejujurnya dia cemas. "Mau lo apa?" tanya gadis itu agar bisa secepatnya pergi dari hadapan cowok sokap itu.

"Gerimis." Cowo itu tertawa sambil membersihkan wajahnya yang terkena cipratan saliva Fanya membuat Fanya cukup malu dan membuat pipinya sedikit memerah.

Fanya sangat kesal dengan cowok yang baru di kenal nya kemarin. Ah tidak. Sama sekali Fanya tidak kenal. Hanya melihat dari seberang jalan. Tatapan dari seberang jalan saja sudah membuat Fanya geli. Dan sekarang, dia sudah berada di hadapan Fanya. Tatapannya sama sekali tak berubah.

"Mau lo apa?" tanya Fanya kembali.

"Mau gue?" tanya cowok itu lalu mendekatkan wajahnya pada telinga Fanya. "Kalau jadi pacar lo, boleh?" bisiknya.

Fanya melipat kedua tangannya di depan dada sembari menatap cowok di hadapannya. Matanya bergerak melirik dari ujung kepala cowok itu hingga kaki.  "Makasih tawarannya. Gue nggak tertarik. Gue nggak butuh cowok kaya lo masuk ke dalam hidup gue." Fanya menepuk pundak cowok itu. "Nggak mau buat lo tersinggung tapi beneran lo ganggu hidup gue banget dari kemarin."

Fanya berbalik lalu pergi dari sana meninggalkan cowok yang saat mengeluarkan senyum smirik.

"Nggak bakal gue lepas."

BUTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang