BUTA 5. DEG!

402 24 3
                                    


PART SEDANG DIREVISI!!!

JIKA ADA KALIMAT YANG TIDAK NYAMBUNG ATAU ANEH. DIMOHON UNTUK MEREFRESH ATAU LEBIH BAIK KELUARIN DARI LIBRARY DAN DIMASUKIN LAGI.

________

Seperti biasa, setiap Fano memasuki rumah yang terlihat sangat elite ini keadaannya selalu sepi. Bahkan Fano pernah berpikir ingin merobohkan rumah ini dan merombaknya kembali menjadi rumah yang sederhana. Untuk apa mempunyai rumah yang sangat besar jika tidak ada penghuninya? Yang ada makhluk ghaib yang kegirangan bermain lari-larian di rumanya.

Fano meletakkan tasnya tepat di kursi meja belajar. Jujur, Fano termasuk laki-laki disiplin. Fano membuka kemeja putihnya dan masuk ke ke dalam toilet untuk membersihkan diri.

Setelah memastikan tubuhnya sudah segar. Fano duduk di ranjang, membuka ponselnya dan mengecek nomor baru yang mengirimi pesan 'sayangkuu'. Fano tersenyum tipis saat mengingat kejadian pagi tadi di mana dia sendirilah yang mengirimi pesan itu. Tak lupa dia menggenggam tangan Fanya yang sangat lembut. Rasanya Fano menyesal membersihkan diri, bekas tangan si cantiknya jadi hilang.

Kini Fano membuka galerinya. senyumnya semakin merekah saat melihat beberapa foto Fanya yang sempat dia ambil diam-diam di warung kayu tadi. Walaupun foto itu sedikit buram karena di zoom, namun tak mengurangi cantik pada wajah gadis itu.

Tak seperti mengobrol dengan Fano yang selalu naik pitam, Fanya terlihat sangat ramah saat mengobrol dengan teman sekelas Fano, Raya.

Raya adalah salah satu siswi yang sering Fano jahili di kelasnya. Fano juga sering bercerita tentang kisah keluarganya ataupun kisah cintanya kepada Raya. Bisa dibilang, Raya satu-satunya sahabat perempuan Fano.

Suara dering telepon membuat lamunan Fano tentang masa depannya dengan Fanya buyar. Dengan cepat Fano mengangkatnya.

"Halo, Fano. Mana lo? Gue udah di depan, nih. Gue di luar pagar lo. Pak satpamnya nggak mau bukain, katanya gue terlalu cantik, jadi nggak boleh masuk."

"Bilang aja, saya jelek, Pak."

"Pak, saya jelek. Tetep nggak mau bapaknya Fano. Buruan, ah, panas. Gue pulang, nih?"

"Iya-iya bentar, gue turun."

Dengan cepat Fano menuruni tangga dan keluar dari rumahnya. Terlihat seorang gadis dengan raut wajah kesal berdiri sendiri di depan pagar rumah Fano. Fano terkekeh dan segera membuka pagar rumahnya.

"Lama lo, emosi gue." Ujar gadis itu memasuki perkarangan rumah Fano tanpa izin si pemilik rumah dahulu.

"Mana pak satpam yang godain lo? Udah lo mutilasi?" Ujar Fano mensejajarkan langkahnya dengan gadis yang bernama Raya itu.

"Mana ada. Pak satpam lo dari tadi nggak ada. Kalau ada pak satpam, ya udah dia bukain. Emang pak satpamnya kayak lo, suka godain cewek." Ucap Raya ketus.

"Yaudah santai. Nggak usah pakai gas." Balas Fano.

"Siapa dirumah lo?" tanya Raya kepada Fano.

"Biasa. Sepi, cuma ada bibik di dapur. Lo mau minum apa?" tanya Fano saat memastikan Raya sudah duduk di ruang tamunya.

"Entaran aja."

"Yaudah cerita, gimana tadi?"

"Oke. Gue liat-liat, nih, ya. Dia males banget lo gangguin. Lo aneh banget tau nggak, suka sama orang itu dibaperin, bukan dijahilin."

"Cara gue beda, dong. Nanti kalau gue udah stop gangguin dia, pasti dia ngerasa sepi banget."

"Iya juga, sih." Jawab Raya

BUTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang