BUTA 14. Antara Fanya dan Vero

204 13 3
                                    

______

Pos Satpam kali ini terlihat lebih ramai. Ada beberapa siswa yang sedang duduk dengan Satpam. Sebelum bel masuk berbunyi, Fano dan teman-temannya memilih untuk nongkrong di pintu gerbang. Rival sedang fokus menatap catur di hadapannya, dia saat ini kelimpungan karena sepertinya akan kalah main dengan Pak Satpam yang saat ini sedang mengelus lembut jenggotnya. Reno yang sesekali mensuport Rival sembari berdiri. Dan Mikel yang sedang berbincang dengan siswa lain.

Lalu, bagaimana dengan Fano? Cowok itu bersandar dpada gerbang sekolah. Dia sedang menunggu Fanya. Apakah gadis itu akan pergi dengan cowok yang sama lagi? Fano merogoh ponsel dan memainkannya agar dia tak terlalu bosan.

"Akh!" Rival menggerang. Benar saja, dia kalah main. "Nanti kita lanjut, Pak. Ini cuma pemanasan doang." Rival mencomot goreng Satpam. "Makasih, Pak." Ucapnya berdiri. Sedangkan Pak Satpam lanjut bermain dengan siswa lain.

Rival dan Reno berjalan menghampiri Fano. Melihat itu, membuat Mikel menyudahi percakapannya dengan siswa lain dan ikut bergabung dengan teman-temannya.

Rival menepuk bahu Fano dan saat Fano menatapnya, dia menggerakkan dagunya ke depan. "Fanya bukan, sih?" Rival bisa melihat jelas Fanya di atas motor seorang cowok. Kaca helm cewek itu sengaja dia buka memperlihatkan jelas wajahnya. Saat ini kepala Fanya lebih maju mengarah pada pundak cowok itu dengan tujuan memperjelas obrolan mereka. Sedangkan cowok itu, wajahnya tertutup oleh kaca helm berwarna hitam. Namun tak membuat Rival ragu, dia sudah sangat kenal dengan cowok itu.

Fano yang mendengar nama Fanya lantas mendongak. Matanya terus melirik dua sejoli itu hingga masuk gerbang dan parkiran sekolah. Fanya sama sekali tak melirik Fano, dia tak melihat Fano karena terlalu sibuk berbincang dengan cowok itu. Fano mengernyit, cowok itu sekolah di sini?

"Itu cowok yang anter jemput Fanya selalu?" tanya Reno. Fano mengangguk sebagai jawaban.

"Lo beneran nggak kenal tuh cowok?" tanya Mikel.

"Enggak." Fano geleng-geleng. Dia terus menatap dua sejoli yang saat ini sudah tiba di parkiran. Fanya turun dengan cowok itu yang membuka helm Fanya karena Fanya kesusahan membukanya.

"Lo bodoh atau udah pikun?" tanya Mikel lagi.

"Apa?" Fano menatap teman-temannya dengan wajah heran.

"Beneran buta karena cinta nih anak," Rival berucap geram. "Itu Ketua Osis!"

Fano tersentak kaget, dia berdiri tegak setelah sejak tadi bersandar di pintu gerbang. Fano menatap intens cowok itu. Mereka berbalik dan benar saja, Si Ketua Osis yang bernama Vero. Pantas saja Fano mengenal body cowok itu. Mereka kini jalan bersama menuju koridor.

Fano yang hanya berniat bersikap bodoamat di depan Fanya karena misi, kini sepertinya sudah ingin membuat keputusan untuk benar-benar menjauhi Fanya.

"Dia udah putus sama Vira, gitu?" Reno bertanya setelah mengingat satu hal.

Fano menatap Reno. Fano sampai lupa bahwa Ketua Osis yang bernama Vero itu adalah pacar Vira-sahabat Fanya sendiri. Atau mereka benar-benar sudah putus? Jika benar, seharusnya SMA Alhaksel akan gaduh dengan gosip baru. Tapi kenapa masih saja hening?

Bel masuk berbunyi, membuat Fano menghentikan lamunanannya. Dia mulai melangkah menuju kelas dan diikuti dengan teman-temannya dibelakang.

BUTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang