BUTA 8. I LOVE YOU FANYA

296 26 3
                                    

PART SEDANG DIREVISI!!!

JIKA ADA KALIMAT YANG TIDAK NYAMBUNG ATAU ANEH. DIMOHON UNTUK MEREFRESH ATAU LEBIH BAIK KELUARIN DARI LIBRARY DAN DIMASUKIN LAGI.

__________

Fanya terus melihat sekeliling, jika dia melihat Fano, secepat mungkin Fanya akan bersembunyi agar pagi ini dia tak mendapat cibiran cemburu dari penggemar Fano karena setiap pagi selalu jalan berdua dengan cowok tengil itu.

Ya, walaupun Fanya sama sekali tak menggubris apapun yang dikatakan cowok itu.

"Fanya!"

Fanya berhenti melangkah, dia berbalik, dilihatnya di depan gerbang sekokah Vira yang sedang melambaikan tangan di dalam mobil dengan kaca yang sengaja dibuka.

"Tungguin gue!" teriak Vira berlari.

Fanya membuang napas lega. "Akhirnya gue ada temen pagi ini." Ucapnya saat Vira sudah berada di sampingnya.

"Biasanya, kan, sama Fano." Tampol Vira.

"Itu,mah, bukan temen. Tapi SETAN!" balas Fanya lantang diakhir kalimat.

"Idih, ngeri juga mulut lo ngomong. Kalau gue liat Fano, gue panggil, deh. Entar gue bil-Aw! Sakit Fanyaa!" ringis Vira mengelus telinganya yang baru saja dijewer oleh Fanya.

"Siapa suruh jahil."

Mulut Vira mengerucut. Detik berikutnya dia tersenyum. "Ekhem, bentar lagi kita lewat kelas Fano, nih," Mata Vira berbinar. "Tuh, kan, ada dia di depan kelas!"

"Balik, balik," Langkah Fanya terhenti. "Cari jalan lain."

"Mana ada jalan lain."

"Tunggu aja." Balas Fanya yang kini tengah berdiri di tengah koridor.

"Sampai kapan?" tanya Vira.

"Sampai dia masuk."

Fanya menatap lurus ke depan. Matanya terus memperhatikan gerak-gerik Fano yang sejak tadi menjahili seorang gadis. Cowok itu terus menghalangi seorang gadis itu agar tidak masuk kelas. Dan gadis itu ... gadis yang membawa Fanya berbincang saat di halte kemarin.

Dasar Playboy!

Fano terus merentangkan kedua tangannya di ambang pintu. Wajah gadis itu terlihat sangat kesal, sesekali dia berteriak dengan menyebut nama Fano.

Dan setelah itu, wajah Fano berubah drastis menjadi dingin saat tiga orang siswa yang Fanya kenal dengan pakaian ketatnya tiba dihadapan Fano. Gadis itu terlihat melambaikan tangan pada Fano, sedangkan Fano tak menggubris sama sekali dan berjalan masuk kelas diikuti dengan gadis yang dia jahili tadi, dan meninggalkan ketiga siswa itu. Satu dari tiga siswa itu terlihat sangat kesal karena tak diacuhkan oleh Fano. Dia menghentak kaki kuat lalu masuk kelas diikuti dua temannya di belakang.

"Ayok." Fanya menarik tangan Vira yang sejak tadi cengengesan melihat ponselnya sendiri.

"Lo deluan aja, gue mau ke ruang OSIS." Ucap Vira memasukkan ponsel ke dalam tasnya.

"Mau ketemu Vero?" tanya Fanya tersenyum.

Vira tersentak. "Kok tau?" tanya Vira heran.

BUTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang