BUTA 12. Curhat

260 15 3
                                    

_____

"Astagfirullahaladzim." Mikel berucap sambil geleng-geleng.

"Ngakak bangcat!" Rival meremas perutnya yang terasa sakit.

"Judul wajahnya apa nih, Bang?" Reno tak mau kalah. Mereka tak henti-hentinya membuka mulut untuk meledek Fano yang sejak tadi termenung.

Fano duduk di single sofa. Wajahnya datar ditambah sedikit manyun. Tatapannya fokus ke depan. Kakinya bersilah dengan bantal di pangkuannya. Bahkan bisa dibilang Fano sama sekali tak mendengar apa yang di bacot teman-temannya sejak tadi.

"Abang pilih yang mana, perawan atau janda. Perawan untuk gue, jandanya untuk Reno." Rival kali ini bernyanyi sambil memukul meja ruang TV sebagai gendang. "Eh, jangan lupa, janda yang udah tujuh kali." Ucapnya tertawa dan heboh sendiri.

"WOI!" Mikel menepuk kaki Fano kuat. Rival, Reno dan Mikel duduk di bawah sembari menonton dan meledek Fano sedari tadi.

Kalau boleh jujur mereka ingin muntah melihat wajah masam Fano.

"Apa?" Fano tersadar akan lamunannya.

"Gue nggak mau ya lo kerasukan kunyuk hitam di rumah gue." Ucap Mikel sarkas pada Fano.

Fano menghela napas. Dia menatap teman-temannya yang duduk tepat di bawahnya. "Dugem, yuk."

"APA?!" Reno benar-benar kaget tanpa acting. "Untuk pertama kalinya Refano Alandra ngajak dugem. Nggak banget coy!" ujar Reno geleng-geleng.

"Gue nggak nolak. Yok!" ucap Rival bersemangat. "Tapi tante tante, ya?"

"Lo stres kayak gini cuma karna cewek, gitu?" Mikel bertanya.

"Udah lama nggak liat wajah patah hatinya. Ternyata menjijikan banget," Ujar Reno lagi.

"Brisik!" Fano menutup wajahnya dengan bantal yang sudah ada di pangkuannya sejak tadi.

"Woi! Gue serius, liat kita." Mikel merebut bantal dari wajah teman alay-nya itu.

Fano berdecak malas, dia membukuk untuk menatap teman-temannya yang duduk tepat di bawahnya.

"Pacarnya anak mana?" tanya Mikel langsung.

"Nggak tau."

"Tanya, dong," Rival memberi saran.

"Ngapain? Gue akan jauhin dia udah. Fix!" kali ini Fano berucap pasti.

"Belum juga dapet." Celetuk Rival melihat Fano yang langsung saja pasrah dengan keadaan.

"Maksud lo gue rebut cewek orang gitu?"

"Mungkin. Lo kan nggak ada otak." Sarkas Rival lagi.

"Coba tanya Vira, deh," Kali ini Reno memberi saran.

"Kalau udah dapet jawaban, trus gue harus ngapain setelahnya?" Fano bertanya.

"Gue penasaran serius. Sampai temen gue kayak orang stres gini dibuatnya? Uh, kasian Fano cayang." Reno berdiri. Berjalan menuju belakang single sofa yang diduduki Fano. Setelah itu memijit kepala Fano.

BUTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang