Semua lantas tercengang tak percaya dengan jawaban Fanya. Terlebih Vira yang kini matanya sudah mulai berlinang.
"Nggak percaya? Tanya Vero aja. Gue sengaja pindah ke sekolah ini karena Vero. Supaya kita deket lagi," Fanya berusaha menahan tawanya. Wajahnya dia buat serius agar dia bisa mengerjai ketiga cowok yang cerewet ini.
"Vira yang sabar, ya." Reno mengelus pundak Vira membuat gadis itu mejatuhkan air matanya. Vira menunduk.
Melihat itu membuat Fanya kaget. Gadis itu menatap Vira heran. "Lah, kok? Kenapa nangis?" tanya Fanya. "Lo belum tahu? Vero belum cerita? Ih, jangan nangis dong." Ucap Fanya iba sambil mengangkat dagu Vira dan menghapus air matanya.
"Maksudnya apa?" tanya Vira. Dia berdiri.
"Astagaaa. Gue sama Vero cuma sepupuan, nggak lebih."
"APA?!" Ketiga cowok itu terkaget. Membuat fokus seisi beralih menatap mereka.
"Sepupuan?" Vira membeku mendengar jawaban dari Fanya.
Fanya berdiri. "Iya. Kita sepupuan. Sorry, gue kirain Vero udah cerita sama lo," Ucap Fanya. Dia menatap ketiga cowok itu yang masih tercengang. Padahal Fanya ingin mengerjai cowok-cowok ini. Namun gagal karena Vira yang tak tahu informasi. "Vira. Maafin gue." Ucap Fanya memeluk Vira yang masih terisak.
"Persahabatan bagai kepompong." Reno mulai bernyanyi.
"Bisa disudahi pelukannya sebentar? Mewek nih," Ucap Rival. Fanya melepas pelukannya. "Jadi beneran sepupuan? Makanya sedeket itu?" tanya Rival lagi.
"Iya." Jawab Fanya.
"Informasi ini sangat membantu temen yang nggak gue sayang itu. Makasih atas pengakuan yang tak membuat kita kecewa," Ucap Mikel. "Siapin diri aja. Mungkin sekolah lo nggak akan tenang lagi. Bye." Mikel berjalan keluar. Sedangkan Reno dan Rival mengangguk dan menguntit Mikel dari belakang. Mereka telah pergi meninggalkan Fanya dan Vira.
Fanya kembali menatap Vira. "Aaa udah dong, jangan nangis lagi." Fanya perlahan memapah Vira untuk kembali duduk.
"Iya." Vira tertawa sembari menghapus air mata. "Kirain, lo setega itu."
***
Fanya lagi-lagi termengu sendiri di halte. Menunggu angkot yang lewat. Sudah lama Fanya tak pulang dengan angkot karena Vero yang selalu memaksanya pulang bersama. Alasannya, karena mama yang suruh.
Fanya mendongak saat mendengar suara deru kenalpot.
"Ayok." Ucap Vero memberi helm.
Fanya berdiri. "Eh, gue pengen jalan kaki aja deh. Sekarang udah kurang karena perginya pakai motor terus."
"Nggak boleh." Bantah Vero.
"Kenapa?"
"Lo akan sampai rumah jam berapa? Rumah lo jauh. Lagian bahaya. Ayok."
"Nggak. Gue—mau—jalan—kaki." Fanya mulai melangkah.
"Enggak Fanya." Vero menarik dan mencekal tangan sepupunya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUTA
Teen Fiction[ SUPAYA NGGAK DOSA. FOLLOW DULU YUK SEBELUM BACA ] [ Alhaksel High School Series 1 ] "Panggil gue si ganteng, dan gue akan panggil lo si cantik. Sosweet, kan?" . Kegeraman selalu dialami oleh seorang gadis bernama Fanya Azaa Calista. Sejak awal di...