Chapter 9

583 67 53
                                    

Yuhu.. part terpanjang nih.. eh gak panjang panjang banget sih, kuy baca...jangan lupa kencengin vomment nya. Biar aing semangat...

-

-



-



-

    Yerin sampai di jalan buntu yang menghubungkan langsung dengan ladang yang sangat luas, di daerah tersebut tak ada orang sekalipun yang sekedar lewat ataupun berkendara. Hanya Yerin dan mobil kesayangannya.

"Sial. Dia menjebakku." Kata Yerin kesal menatap sekeliling ladang yang ada di depannya dengan nafas yang naik turun.

Saat dia berbalik dia melirik ke arah tiang listrik yang terdapat kertas memo yang menempel.

Yerin pun segera mendekatinya dan membaca isi memo tersebut.

"Wah maafkan aku, aku salah mengasih alamat. Haha berpikirlah sendiri. Ingat....Waktumu." anonim

"Akhhh.. bedebah sialan!" Kata Yerin meremas kertas tersebut dan membuangnya ke segala arah.

Yerin segera memasuki mobilnya kembali dan memutar arah mobilnya untuk beranjak pergi dari tempat tersebut.

Yerin sempat berpikir. Jika memang mereka memberi alamat yang palsu, berarti tidak salah lagi jika mereka pernah kemari dan masih berada di sini.

"Aku akan mencarimu secepat mungkin bajingan." Gumam yerin.

Srekk..

Ia membuka walkie talkienya.

"001 mulai, siapkan apa yang aku perintah. Kirim"

Setelah itu Yerin pun memasukkan walkie talkienya di saku belakang gaunnya.

Maps yang ada di layar mobil Yerin pun muncul dan menunjukkan jalan untuk mengarah ke suatu tempat.

Yerin pun tersenyum menang dan menjalankan mobilnya dengan kecepatan maksimal.

🌵🌵🌵

  Yerin keluar dari mobilnya dan menatap sekitarnya. Di sana banyak sekali pepohonan yang menjulang. Dan terdapat jalan setapak yang hanya bisa dilewati oleh pejalan kaki.

Yerin pun mau tak mau harus menaruh mobil kesayangannya di situ sendiri dan ia mulai berjalan ke dalam pepohonan atau hutan yang menjulang tinggi itu.

Masalah tersialnya adalah kenapa Yerin harus memakai high heels. Jalanannya saja terlihat berlumpur dan becek.

Alhasil mau tak mau Yerin melepas heels nya dan bertelanjang kaki menuju ke arah jalan tersebut.

Sesampainya di ujung jalan setapak tersebut. Dia melihat area luas yang terdapat rumah besar dengan gaya keeropaan.

Yerin menatap cerobong asap tersebut yang mengeluarkan asap dari rumahnya.

"Hmmm.. aku tidak bisa ditipu lagi."

Yerin mengeluarkan pistol dari saku gaunnya dan menyiapkan peluru untuk perlindungan diri.

Ceklik...

Drrt...drt..

Tiba tiba walkie talkienya berbunyi

"Jung Yerin, berhati hatilah ada cctv di depan pintu. Kau bisa memasuki area lewat bawah tanah."

"Baik."

Morn Night | Jung YerinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang