2. Met the Himmels

3.3K 498 5
                                    

Current mood : Fingertip - Gfriend

*****

Riuh suasana belakang panggung sore ini tampaknya tidak sedikitpun mengganggu ketenangan pria yang kini tampak fokus pada layar tabletnya. Entah apa yang sedang dia lihat, tetapi sekali-kali kedua alisnya menukik tinggi sebelum jemarinya menari lincah di atas layar. Sementara di sisi pria itu, duduk pria lain yang sejak tadi terus mengamati dalam diam sembari memegang satu gelas berisi jus jeruk di tangan kanannya.

"Apa ada masalah Tae?" Tanya pria yang tadi terus mengamati. Dia adalah Jung Hoseok.

"Ringan, sudah selesai" jawab sang lawan bicara yang mulai melepas tablet berlogo apel tergigit tadi dari kedua tangannya.

Hoseok menganggukkan kepala, dengan inisiatif sendiri dia kemudian mengambilkan jus jeruk lain yang sudah disediakan oleh parah staf konser dan memberikannya pada Taehyung; pria yang tadi dia ajak bicara.

"Minum dulu Tae, acara akan dimulai dalam tiga puluh menit. Setidaknya kau harus mulai menenangkan pikiran dari sekarang" ujar Hoseok sembari mengadu gelas jus jeruknya pada gelas milik Taehyung.

Satu sudut bibir Taehyung terangkat sebelum meneguk habis jus di dalam gelas tersebut. Setelahnya kedua manik kelabu Taehyung berpendar ke sekeliling ruangan. Para staf tampak sibuk mempersiapkan para artis Himmel dengan berbagai cara, "aku tidak melihat Namjoon, di mana dia?" Tanya Taehyung.

"Aku di sini" satu suara muncul tepat dibalik punggung Taehyung. Seorang pria berpostur lebih tinggi tampak tengah berdiri dengan senyum kikuk di wajahnya. Sementara seorang staf wanita terus mengikuti demi memasang kancing kemejanya yang sedikit terbuka.

"Kau terlambat, lagi?" Tanya Taehyung dengan penekanan pada kata 'lagi'.

Namjoon terkekeh, dia kemudian mengangkat satu tangannya dan membentuk huruf 'V' menggunakan dua jari. "Maafkan aku, ada sedikit insiden kecil ketika di jalan tadi"

"Ada apa?" Tanya Hoseok antusias.

Namjoon menggeleng sebelum merubah ekspresi wajahnya menjadi seremeh mungkin. "Urusan semut, tidak ada masalah" jawabnya.

Taehyung tidak lagi merespon. Pria itu kini sudah bangkit dan berjalan mendekat ke arah pembatas ruangan  dengan panggung. Taehyung mengintip bagaimana riuhnya para penggemar yang sudah memenuhi vanue yang menjadi tempat konser mereka sore ini. Di sana para penggemar tampak senang menyoraki nama seluruh artis Himmel, bahkan tidak sedikit dari mereka yang membawa atribut seperti banner ataupun foto-foto artis yang mereka suka. Perlahan Taehyung menggeleng kecil, merasa heran sekaligus takjub melibat bagaimana bisa ada orang yang menyukai orang lain hingga se-fanatik itu? Taehyung sebenarnya tidak ada masalah dengan hal tersebut, hanya saja dia merasa ini aneh.

Jika artis lain digemari karena mereka selalu berinteraksi aktif bersama penggemarnya Taehyung bisa mengerti. Para penggemar pasti merasa memiliki ikatan yang kuat dengan artis tersebut karena mereka berkomunikasi setiap hari lewat media apapun, tetapi para artis Himmel? Tidak ada satu pun yang melakukan hal seperti itu diantara mereka. Kehidupan mereka terlalu tertutup, tidak terekspos untuk kepentingan publik. Semua data diri, keluarga, latar belakang atau hal pribadi apapun tidak pernah terkuak ke media. Lalu mengapa masih ada yang tetap menggilai mereka? Bagi Taehyung itu tidak wajar. Menggilai orang yang sudah dikenal dengan baik saja kadang harus menelan kecewa yang berat, apalagi menggilai orang yang tidak dikenali sama sekali? Mereka bisa melukai perasaan sendiri jika ternyata apa yang mereka ekspektasi kan tidak sesuai dengan kenyataan.

Taehyung masih terus mengamati dengan lekat bagaimana keadaan di dalam vanue ketika satu tepukan kecil dia terima di bahunya. Seorang pria dengan porsi tubuh sedikit lebih kecil darinya tengah berdiri sembari menyerahkan mic hijau metalik milik Taehyung.

(un)lucky || (SUDAH TERBIT) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang