15. Heartbeat

4.9K 649 487
                                    

Perasaan sesak yang bergemuruh mendominasi benak Taehyung saat ini. Berkali-kali pria tampan berkulit kuning kecoklatan itu harus menyugar rambut ikalnya, berharap pening yang dia rasa bisa hilang begitu saja. Decak kesal tidak jarang dia keluarkan, membuat emosinya semakin membumbung memaksa untuk segera disalurkan.

Sebenarnya sejak malam tadi Taehyung tidak bisa merasa tenang. Bahkan di dalam tidurnya pun dia masih terus merasa gamang. Dia marah, sangat marah pada seseorang yang kemarin menghubunginya secara tiba-tiba, dan berhasil merusak harinya hanya lewat ucapan basa-basi semata. Tidak perlu waktu lama bagi orang itu merusak perasaan Taehyung, hanya butuh lima puluh detik dan dia sukses merusak segalanya. Membuat Taehyung semakin membencinya dari hari ke hari.

"Taehyung?" Namjoon yang masuk dengan wajah gelisah menyentak lamunan Taehyung, "kau baik-baik saja? Semut bodoh berkata pada kami kau tampak berbeda sejak malam tadi"

Kim Namjoon pria berlesung pipi dalam itu adalah orang pertama yang membangun Himmel bersama Taehyung. Bisa dikatakan Namjoon adalah orang yang paling mengenal Taehyung luar dalam, baik buruk, cerah ataupun kelam. Namjoon mengambil posisi duduk tepat dihadapan Taehyung dengan raut wajah penuh tanya. Menunggu atasan yang tidak lain adalah sahabat karibnya itu untuk berbagi cerita.

"Apa karena telepon darinya malam tadi?" Tanya Namjoon ragu-ragu. Tapi keraguannya sirna melihat satu alis Taehyung yang terangkat.

"Jika aku tidak salah, sudah lebih tiga bulan kalian tidak bertemu dan tidak saling bertukar kabar kan?"

Taehyung mengangguk singkat.

"Lalu, apa yang kali ini dia katakan?"

Pria itu tampak menarik nafas dalam sebelum meremat kedua tangannya begitu kuat. Dia kembali teringat pada kejadian malam tadi, dan detik itu juga darahnya mulai terasa mendidih kembali.

"Dia berkata dia sangat sibuk akhir-akhir ini, sehingga tidak tau jika aku sudah memiliki kekasih."

"Lalu?"

"Dia ingin bertemu jika dia sudah kembali ke Korea."

"Kau dan Jennie atau kau sendiri?" Tanya Namjoon lagi.

"Aku dan Jennie. Dia berkata dia ingin mengenal wanita yang berhasil mendapatkan hati anaknya." Taehyung kemudian berdecih, "dia sungguh tidak tau malu, berani sekali mulut kotornya mengucap kata anak setelah semua yang sudah dia lakukan pada aku dan ibu dulu."

Jelas sekali api amarah yang begitu besar terlihat berkobar di mata Taehyung. Dia membenci pria itu, pria yang dulu sempat mencampakkan mereka demi wanita lain ketika dia berusia lima.

"Aku tau kau pasti marah, siapapun yang ada di posisimu pasti akan merasakan hal yang sama. Tapi Taehyung, bagaimanapun dia tetap ayahmu, kau sudah terlalu lama membencinya." Namjoon tidak tahu, entah sudah berapa ratus kali dia berkata seperti itu semenjak dia mengenal Taehyung delapan tahun yang lalu. Meskipun begitu tampaknya apa yang dia katakan tidak pernah Taehyung dengarkan.

"Aku tidak perduli Joon. Lagi pula kau tau benar tujuan ku mendirikan Himmel sejak awal. Aku ingin menghancurkannya"

Namjoon mengangguk paham, "iya aku tau itu. Baiklah terserah kau, tapi lebih baik kau hilangkan amarah mu itu sekarang. Aku rasa si semut bodoh sangat khawatir padamu"

"Ada apa dengannya?"

"Dia menarik satu persatu grade A dan bertanya tentang mu"

Taehyung mengulas senyum tipis. Sejak pagi dia memang tidak mengizinkan Jennie untuk masuk ke ruangannya sama sekali. Dia tau Jennie pasti bingung, tapi dia tidak menyangka jika Jennie akan mengkhawatirkannya seperti apa yang Namjoon katakan.

(un)lucky || (SUDAH TERBIT) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang