Warning 21+
Tidak sabar. Sepertinya dua kata itu adalah hal yang paling tepat untuk menggambarkan bagaimana perasaan Jennie kali ini. Pasalnya sejak tadi pagi wanita itu tidak henti mengecek ponsel dan membuka pintu apartemen seolah dia takut akan melewatkan sesuatu. Sekali-kali decak kesal terdengar ketika jarum panjang jam yang terpajang di dinding ruang tamu sudah berputar satu putaran penuh, pertanda satu jam nya telah berlalu sia-sia.
Hari sudah menunjukkan pukul dua siang. Artinya sudah tujuh jam berlalu semenjak Jennie menunggu dari pukul tujuh. Meskipun begitu tampak masih belum ada tanda-tanda Taehyung akan kembali. Perasaan kesal semakin menjalar liar di diri Jennie ketika dia menyadari Taehyung tidak lagi menghubunginya sejak malam tadi.
Apa Taehyung jadi pulang hari ini? Apa dia sudah berangkat? Apa dia sudah sampai? Atau apa Taehyung lupa pada janjinya?
Jennie sudah terlalu lelah dengan perasaan sensitif ini. Dia tidak ingin terus mengalami pemandangannya yang tiba-tiba kabur karena matanya di penuhi linangan kristal yang akhir-akhir ini terus saja muncul. Jennie lelah, ini bukan dirinya, dia tau betul selama ini dia bukanlah wanita yang mudah menangis. Oleh karena itu, bagaimanapun caranya Taehyung harus bertanggung jawab, karena perasaan sensitif Jennie ini muncul semenjak dia pergi.
Tapi bunyi kenop pintu yang dibuka tampaknya sukses membuat kesedihan Jennie menguap begitu saja. Terlebih ketika sosok tegap yang mengenakan celana pendek hitam dan kaos coklat gelap muncul di balik sana. Senyum Jennie sontak merekah, dan saat itu juga dia berlari ke arah pintu utama, mendatangi pria yang selama lima hari ini selalu dia tunggu setiap kabarnya, "Taehyung" ujarnya menyambar tubuh Taehyung dengan sebuah pelukan erat.
"Hai little ones" Taehyung membalas pelukan Jennie sembari memberi kecupan singkat di puncak kepala sang wanita yang memiliki tinggi hanya sebatas dadanya itu.
"Aku kira kau tidak jadi pulang, kau tidak mengabari ku sejak pagi"
"Ada sedikit insiden tadi ketika di bandara, jadi aku tidak sempat mengabari mu. Apa kau menunggu ku sejak tadi?"
Jennie menggeleng kecil sebelum sedikit melonggarkan pelukannya, "aku sedikit sibuk karena Seulgi menelepon ku. Jadi aku tidak terlalu menunggu mu" jawabnya berbohong lagi dan lagi.
"Benarkah?" Tanya Taehyung memastikan. Satu alis pria itu terangkat bersamaan dengan senyum tipis yang kini terlukis di wajahnya yang tampan.
"Benar"
"Padahal aku berharap kau akan menunggu ku. Lalu apa aku harus pergi lagi agar kau menunggu ku?"
"Tidak!"
Jennie semakin mengeratkan pelukannya. Taehyung tidak boleh pergi, setidaknya tidak untuk saat ini. Ayolah, pria itu baru saja sampai. Dia pasti lelah, iya kan?
"Kenapa?"
"Tidak boleh!"
"Iya tidak boleh, tapi apa alasannya?" Taehyung menyunggingkan satu senyum tipis.
"Kau terlalu banyak tanya Taehyung, menyebalkan. Aku membencimu"
Jennie yang merasa kesal lantas hendak melepas pelukannya, namun ditahan oleh Taehyung tentu saja. Pria itu justru semakin merapatkan tubuh mereka sembari terkekeh geli.
"Cukup katakan jika kau merindukanku dan semuanya akan jauh lebih mudah little ones" ucapnya dengan satu tangan mengusap lembut surai kecoklatan Jennie.
"Kau terlalu percaya diri Taehyung. Aku semakin membencimu lebih dan lebih" jawabnya dengan satu sungutan.
Sementara itu Taehyung semakin tertawa renyah. Apa yang keluar dari mulut Jennie saat ini sangat berbanding terbalik dengan apa yang dia lakukan. Seseorang tentu tidak akan memeluk orang yang dia benci dengan sangat erat kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
(un)lucky || (SUDAH TERBIT) ✔️
FanfictionWarning : - Mature content 21+ ⚠️ - Sensitive issue - Harsh word - Alternatif Universe Jennie Kim; seorang wanita berusia 26 tahun yang bekerja sebagai jurnalis di salah satu perusahaan media elektronik ternama di negaranya. Tiga tahun bekerja di pe...