Kosong.
Hanya itu yang dapat Jaemin jabarkan saat menatap plafon ICU saat ini.
Jaemin bisa merasakan aliran yang masuk dari selang di hidungnya. Atau oksigen yang masuk mulutnya. Pun suara ventilator menyeramkan yang seperti hitungan waktu pada bom yang siap meledak.
Jaemin mengerjapkan matanya berkali-kali dengan perlahan, tidak ada gerakan apapun selain usaha untuk bernapas. Jaemin benar-benar blank.
Bahkan hingga bermenit-menit kemudian, tidak ada satupun yang mampu otaknya proses. Keadaannya yang baru terbangun dari koma itu membuat semuanya terasa seperti tanda tanya besar. Hanya satu yang bisa Jaemin tangkap; ada apa?
Suara pintu yang terbuka tidak mengalihkan perhatian Jaemin dari plafon. Bahkan ketika seorang wanita dan pria berjas putih mendekatinya dan mulai sibuk dengan sesuatu, Jaemin tidak memberi respon.
"Hallo, selamat malam."
Jaemin mengerjap dua kali. Suara berat seorang pria masuk ke telinganya dengan lembut.
"Bisa lihat kearahku sebentar, hm?"
Jaemin akhirnya memberi respon dengan melirik. Dari stetoskop yang menggantung di leher, jelas sekali ia adalah seorang dokter. Ada lagi satu wanita berpakaian suster di sebelahnya yang juga tersenyum sembari menatapnya.
Oh. Ini rumah sakit.
Dokter itu tersenyum saat Jaemin mampu merespon meski hanya dengan lirikan mata. Ia memeriksa sejenak saturasi oksigen dan berbisik pada sang suster. Wanita itu perlahan bergerak memeriksa kondisi Jaemin seperti tekanan darah, detak jantung, dan lain sebagainya sebagai prosedur dasar.
"Terima kasih sudah mau berjuang ya, Nak. Percayalah, masih banyak orang-orang yang menyayangimu."
Perlahan otak Jaemin mampu memproses hal yang terjadi. Meski butuh cukup waktu, perlahan Jaemin menyadari jika ia terbangun di rumah sakit dengan berbagai alat menyebalkan yang terpasang. Otaknya dengan lambat mulai berputar ke waktu belakang.
Setelah beberapa menit memeriksa kondisi organ Jaemin, kini sang dokter mulai memberi percobaan kecil.
"Aku akan bertanya sedikit padamu ya, Nak. Tidak perlu menjawab, berikan saja kode padaku. Berkedip satu kali untuk ya, berkedip dua kali untuk tidak. Apakah kau paham?"
Jaemin terdiam sesaat, sebelum matanya berkedip satu kali.
"Apakah kau ingat namamu?"
Choi Jaemin, nama yang langsung pemuda itu utarakan dalam hati. Jaemin berkedip satu kali.
"Apa kau ingat siapa kedua orang tuamu?"
Siapa yang akan melupakan orang tua luar biasa seperti Siwon dan Yoona? Jaemin berkedip satu kali.
"Kau mempunyai dua kakak yang sangat menyayangimu, kau tahu?"
Jaehyun dan Renjun, bahkan tidak perlu kata-kata untuk membuktikan betapa dua bersaudara itu sangat menyayangi Jaemin. Jaemin berkedip satu kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Choi and Choi ✔
FanfictionKisah empat anak Choi dengan empat rupa kelakuan diluar nalar yang selalu membuat Siwon mengusap dada. "Kalau dijual, laku tidak ya?" 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫𝐬𝐡𝐢𝐩 𝐅𝐚𝐦𝐢𝐥𝐲!𝐀𝐔