Jaehyun menyetir mobil seperti orang gila di jalanan Seoul yang ramai, tidak memperdulikan jika mobilnya beberapa kali tergores ataupun mendapat klakson serta umpatan dari pengendara lain. Pikirannya kosong dan hanya ada dua nama yang terus berputar tanpa henti di kepalanya.
Jeno dan Jaemin.
Sepuluh menit yang lalu, Jaehyun mendapat telepon dari Renjun yang bersuara serak seperti habis menangis. Awalnya Jaehyun tidak dapat memahami apa yang adik pertamanya itu ucapkan karena terdengar buru-buru dan seperti racauan orang kalut. Ketika ia berhasil mencerna apa yang Renjun katakan, Jaehyun merasa semuanya seperti hancur.
Kenapa bisa terjadi?
Renjun sudah dalam setengah perjalanan ke rumah sakit saat menelepon, menyetir seperti kesetanan dengan kecepatan yang membahayakan. Jaehyun masih sempat berpesan agar Renjun berhati-hati, tidak ingin anak kedua Choi itu juga berakhir di rumah sakit dengan mengenaskan.
Tetapi lihatlah, Jaehyun sendiri juga menyetir dengan tidak karuan. Menginjak pedal dalam-dalam dan berusaha mencapai rumah sakit dengan waktu sesingkat mungkin.
Jika ini mimpi, tolong segera bangunkan Jaehyun dan tampar dirinya dengan keras. Teriaklah padanya jika ini hanya mimpi terburuknya yang lain, mimpi yang sama buruknya dengan waktu itu.
Tapi sayangnya, ini realita yang harus dijalankan Jaehyun.
Dream isn't just a dream, eh?
••••
Mari kita berputar kembali pada waktu dimana si kembar memutuskan untuk pulang ke kediaman Choi.
Tidak ada tanggapan setelah pernyataan Jaemin di restoran tadi. Jeno hanya diam menatap tak mengerti, kemudian melanjutkan makan dalam diam. Pun saat selesai, keduanya tetap tidak berbicara apapun hingga akhirnya Jeno yang berinisiatif mengajak pulang.
Lantas, hanya ada alunan radio yang memasang lagu-lagu hits Korea kala dua anak adam ini tetap pada dinding masing-masing.
Ketika mobil berhenti karena lampu merah, Jeno menghela napas dan bersandar pada jok tanpa mengalihkan pandangan dari jalan depannya. "Kenapa?"
Jaemin menoleh, sedikit bingung dengan maksud kembarannya. "Huh?"
"Kenapa kau ingin kita terpisah jauh?"
Jaemin memutar bola matanya. "Bukan maksudku kita benar-benar terpisah, Jen. Hanya mencoba mengambil jalur yang berbeda. Kau dan aku memang kembar, tetapi kita tetap punya jalan masing-masing. Tidak mungkin kita tetap bersama hingga akhir. Mimpi kita berbeda, takdir kita berbeda."
"Aku tidak paham."
"Maksudku," Jaemin menoleh pada Jeno yang tidak bergeming. "Kita berusaha menjadi mandiri. Antara kau dan aku mencoba untuk tidak lagi saling bergantung satu sama lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Choi and Choi ✔
Fiksi PenggemarKisah empat anak Choi dengan empat rupa kelakuan diluar nalar yang selalu membuat Siwon mengusap dada. "Kalau dijual, laku tidak ya?" 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫𝐬𝐡𝐢𝐩 𝐅𝐚𝐦𝐢𝐥𝐲!𝐀𝐔