Jaemin sudah bisa masuk sekolah.
Hal pertama yang ia lakukan kala menginjakkan kaki di sekolah adalah menuju studio tari. Meninggalkan Jeno yang mendadak disambangi mantannya yang kesekian, entah untuk apa.
Ketika sampai di studio, sudah ada tiga rekannya yang menunggu didalam dengan tas yang masih menggantung di punggung. Park Jisung yang pertama bangkit kemudian memeluk Jaemin dengan erat namun hati-hati.
"Kau sudah pulih, Hyung? Kami sangat mengkhawatirkanmu." Bisik si junior.
Jaemin tersenyum kecil dan balas memeluk erat. "Aku tak apa."
Jisung melepas pelukannya dengan sedikit tidak rela dan membiarkan Hyunjin serta Felix ganti memeluk Jaemin.
"Yak! Sudah kubilang kan kalau ada yang salah dengan punggungmu?" Felix mengomel meski nada khawatir terdengar jelas dari mulutnya.
"Anak orang baru sembuh jangan diomeli, Lix." Gerutu Hyunjin. Pemuda Hwang itu menarik kecil lengan Jaemin dan menggiringnya ke kursi panjang di sudut studio.
Keempatnya duduk dalam keheningan sementara. Jaemin terlihat berusaha merangkai kata sedangkan tiga rekannya nampak mengerti dengan kebimbangan Jaemin dan memilih memberi Jaemin kesempatan.
"Maafkan aku."
Jisung mengusap pelan punggung Jaemin. "Untuk?"
"Kekacauan yang telah terjadi," Jaemin menghela napas frustasi. "Atas kegagalan kita, waktu yang terbuang sia-sia, energi dan effort yang percuma, kesempatan yang terbuang. Aku membuat semuanya berantakan hanya dalam kedipan mata. Semua gagal dan hancur."
Felix secara mendadak memeluk Jaemin erat. Pemuda blasteran itu menggeleng pelan, menolak semua kalimat penuh rasa bersalah dari putra Choi itu. "Berhenti bicara omong kosong, sialan! Tidak ada yang sia-sia dalam menggapai mimpi."
Jaemin balas memeluk Felix, menempatkan dagunya pada pundak rekannya. "Bukannya memang benar? Aku—"
"Hyung," Jisung memotong. Tangan besarnya meremas pelan pundak sang kakak kelas. "Tidak ada yang hancur disini. Kami bertiga baik-baik saja."
"Jisung benar," Hyunjin menyahut ringan. "Kecewa pasti ada, tapi rasa khawatir jauh lebih besar. Aku sempat berpikir bahwa kau tidak akan pernah mempunyai kesempatan menari lagi. Disini bukan kami yang hancur, tapi kau."
"Maksud Hyunjin," Felix buru-buru meralat. "Kami lebih khawatir pada kesehatanmu daripada kompetisi. Masih ada ratusan kompetisi di masa depan, tapi kau hanya ada satu. Choi Jaemin hanya ada satu dan tidak ada penggantinya sampai kapanpun. Jika kau terluka karena kompetisi, kemenangan sekalipun tidak akan membuat kami bahagia."
Jisung mengangguk semangat. "Jangan menyimpan semuanya sendiri, Hyung. Apa gunanya anggota jika ketua harus menanggung semua di pundaknya?"
"Ah, Jisung manis sekali." Puji Hyunjin. "Ganti Ayah mau tidak? Jadi anak Hwang, jangan Choi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Choi and Choi ✔
FanficKisah empat anak Choi dengan empat rupa kelakuan diluar nalar yang selalu membuat Siwon mengusap dada. "Kalau dijual, laku tidak ya?" 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫𝐬𝐡𝐢𝐩 𝐅𝐚𝐦𝐢𝐥𝐲!𝐀𝐔