26. Rasa Terselubung

70 6 32
                                    

Salah satu tangan Stefano Yunarta segera menutup pintu kamar mandi tuk mencegah teriakan Honey Joana yang keluar dan terdengar oleh Hardian Syaid yang berada di depan pintu kamarnya. Lalu tangan yang satunya lagi, ia gunakan tuk menutup mulut Honey.

"AGHHH!!!"

Kini teriakan Honey bertukar dengan rintihan kesakitannya karna Honey baru saja mengigit tangannya.

"Apa hobimu itu menggigitku?"

Honey menatap kesal Stefano tanpa menjawab celoteh Stefano. Ia justru kembali berteriak, "AYAHHH...!"

Brak!

Stefano memukul pundak Honey. Seketika itu pula, Honey pingsan dan tangannya pun segera menahan tubuh Honey sebelum jatuh ke lantai kamar mandi.

Huft!

Ia mendesah kesal, "Sebenarnya, aku tak ingin memukulimu seperti ini lagi, Honey! Tapi kau selalu saja menyusahkanku," sesalnya bercampur kesal. Ia menggendong tubuh Honey lalu disandarkannya di sofa yang berada di kamar mandi.

Plang!

Flashdisk yang disembunyikan oleh Honey di dalam bra terjatuh di lantai. Stefano memungut flashdisk tersebut lalu bergegas keluar dari kamar mandi tuk membuka pintu kamarnya dan melihat Hardian yang hendak pergi.

Hardian menoleh melihat Stefano, "Apa aku mengganggumu?"

"Tidak. Masuklah!"

Hardian masuk ke dalam kamar Stefano dan terheran melihat ada handuk warna kuning di atas ranjang Stefano, "Apa Honey baru saja ke sini?" tanyanya seraya memandang Stefano. Di rumah ini, hanya Honey yang memiliki handuk warna kuning.

Stefano menyadari kecurigaan Hardian, "Ya, dia tadi ke sini. Membawakan jaketku, dan melemparkan handuk basah dari kepalanya ke wajahku. Bukankah, putrimu sungguh tidak sopan?" jawabnya membalas tatapan Hardian seraya berharap Hardian tak curiga ataupun menanyakan hal lain lagi, "Kau datang ke sini mencariku di jam seperti ini pasti karna ada sesuatu yang penting yang menganggu pikiranmu. Iya kan?" tebaknya sekaligus mengalihkan pembicaraan.

Hardian mengangguk, "Benar. Aku ingin..., kau berhenti menjadi bodyguard Junie. Menjadi bodyguard untuk dua orang dengan tempat yang berbeda, bukanlah pekerjaan mudah! Aku ingin kau hanya menjaga Honey," pintanya

Stefano tertawa mengejek, "Aku menjaga Junie dari saat kami kecil hingga sekarang. Honey juga akan tetap ku jaga karna dia bagian dari permainan yang kau dan aku mainkan. Aku tidak percaya padamu," Ia hentikan ucapannya seraya menatap intens Hardian, "Hardian..., Sya-id!!!" lanjutnya menekankan.

Hardian tersenyum datar, "Jika kau tidak percaya padaku, lalu kenapa kau masih betah tinggal di rumahku?"

"Hanya satu. Karna putrimu. Honey! Aku begitu menyukainya,"

Hardian mengangkat salah satu alisnya seraya mencoba menganalisa kebenaran dari apa yang baru saja ia dengar. Apakah perkataan Stefano benar adanya atau hanya sebuah permainan kata?

Hahaha...

Tawa Stefano berkumandang saat melihat ekspresi keterkejutan Hardian, "Menyukai jika dia menderita," sambungnya dan tawa puasnya makin menggelegar mengisi ruang kamar.

Huft! Hardian mendesah nafas beratnya, "Sepertinya kau sungguh bahagia melihatnya terluka kemarin,"

"Benar. Aku tertawa bahagia hingga air mataku jatuh," timpal Stefano di sisa tawanya.

"Benarkah? Baiklah. Aku rasa tak ada yang perlu ku tanyakan lagi padamu. Aku terima keputusanmu. Nanti, jika hari yang tak ku harapkan itu tiba. Kita akan lihat! Apa kau masih mau bermain tuk membuat Honey menderita atau kau sendiri yang akan menderita?"

Dangerous BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang