Stefano Yunarta, detektif polisi yang memiliki misi balas dendam terhadap calon presiden Hardian Syaid sekaligus ayah dari seorang artis cantik ternama Honey Joana yang tak bahagia dengan kecantikannya. Misinya yaitu membuat Honey jatuh cinta padany...
Sudah sekitar seminggu, sejak kejadian pelepasan penyekapan Raditya, semuanya kembali tampak normal dan hari-hari berjalan tanpa ada ketegangan.
Stefano Yunarta mulai kembali beraktivitas seperti biasa. Ia berjalan di lorong ruangan kantor setelah keluar dari ruang kerja Didi Hendrawan.
"Stefano!" sapa Ririn saat bertemu Stefano di lorong kantor.
Stefano melirik sebentar ke Ririn sambil tersenyum tipis dan terus berjalan yang di iringi dengan langkah Ririn yang mengikutinya.
"Terimakasih, Sudah membiayai renovasi mobilku."
"Jadi mobilmu masih di bengkel atau sudah kau ambil?"
"Tentu saja sudah ku ambil," jawab Ririn cepat, "Tapi maaf saja. Aku tidak ingin meminjamkan mobilku kepadamu lagi. Hihhhh..." ujarnya sedikit kesal seraya terus berjalan meninggalkan Stefano yang terhenti di depan ruang kerjanya.
Stefano memandang Ririn kesal, "Lebih baik aku beli mobil baru, dari pada memakai mobilmu lagi." tukasnya lalu masuk ke dalam ruang kerjanya dan mendapati Hannah, Dodit dan Linda yang telah berkumpul. "Aku sudah tidak menjadi ketua tim. Tapi, kenapa kalian masih berkumpul di ruanganku untuk rapat?"
"Karnaaaa.... Ruangan kerjamu, terasa nyaaaaa...man. Dan kita telah terbiasa oleh itu." sembur Linda
Stefano hanya bisa nyengir mendengar jawaban Linda. Ia pun mengambil berkas yang ada di mejanya.
"Hari ini cek up terakhirmu di dokter, kan? Kau sudah pergi?" tanya Hannah khawatir akan luka-luka Stefano terutama luka di kepala Stefano.
Hannah mempunyai sifat keibuan dan sangat memperhatikan segala sesuatu mengenai tim bunga.
Stefano hanya berguman 'iya' sambil duduk di kursi rapat.
"Apa kata dokter?" tanyanya lagi ingin tau hasil akhir pemeriksaan.
"Semuanya baik-baik saja. Tak ada yang perlu di khawatirkan." jawab Stefano santai sambil melihat berkas untuk rapat.
Huh! Hannah tiba-tiba memukul meja dengan geram, "Harusnya kau melaporkan preman-preman ingusan itu ke kantor polisi."
"Aku melakukannya saat itu. Tapi, polisi tidak datang ke sana." timpal Stefano heran sambil memandangi wajah teman-temannya yang terlihat ikutan heran dan bingung.
***
Junie Yunika berjalan di koridor perpustakaan kampus. Beberapa hari ini, ia menyibukkan diri dengan membaca. Ia mengikuti saran ibunya, yang jangan bergantung atau pun menelepon Stefano Yunarta lagi. Ia harus memiliki mandiri dan harga diri. Setidaknya, itulah slogan yang ia pegang untuk beberapa hari ini.
Yensi pun tiba-tiba muncul di depannya dengan nafas yang ngos-ngosan seperti habis di kejar anjing gila. Ia sejak tadi mengejar Junie yang tak menoleh ke arahnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.