Stefano Yunarta, detektif polisi yang memiliki misi balas dendam terhadap calon presiden Hardian Syaid sekaligus ayah dari seorang artis cantik ternama Honey Joana yang tak bahagia dengan kecantikannya. Misinya yaitu membuat Honey jatuh cinta padany...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Byurrr!
Segelas air terpercik ke wajah tampan Sanjay yang tertekuk diam tanpa melawan. Ia bahkan tak berani menatap wanita yang kini berdiri di depannya, Honey Joana. Ia sungguh menyesal dan pantas mendapatkan percikan air itu atas perbuatannya tempo hari.
"Lelaki Hina sepertimu, wajar mendapatkan perlakuan kasar!" maki Honey marah lalu pergi meninggalkan Sanjay. Beruntung ia berpenampilan casual dengan topi basecape dan kacamata hitam menghiasi wajahnya hingga tak ada siapapun di cafetaria ini yang mengenalinya selain Sanjay.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sanjay
Sanjay segera berdiri dan mengejar Honey yang masih terus berjalan menuju parkiran mobil, "Honey, aku sungguh minta maaf!"
Langkah Honey terhenti, "Aku sudah memaafkanmu sejak hari itu. Jadi berhentilah mengikutiku apalagi mengajakku berkomunikasi!" kecamnya lalu kembali berjalan meninggalkan Sanjay namun tiba-tiba langkahnya terhenti lagi. Bukan karna Sanjay melainkan karna pria yang baru saja melintas di depannya dan pria itu masuk ke dalam cafetaria. Sepertinya wajah pria itu tak asing baginya namun otaknya sedikit lama berpikir lebih dalam tuk menggali memori.
Ia masuk ke dalam mobil Mercedes Benz putih miliknya seraya melihat Sanjay yang berlalu dengan mobil sedan merah.
"Semoga dia takut akan ancamanku dan tak melakukan hal seperti itu pada wanita lain lagi. Dasar penjahat wanita. Dia lebih brengsek dari Stefano!" maki Honey kesal lalu ia pun menyalahkan mesin mobilnya namun matanya kembali tertuju pada pria itu lagi yang kini berdiri tak jauh dari depan mobilnya.
Mulut Honey membentuk huruf O, "Pria itu kan? Yang memasukan narkoba ke dalam tasku saat di bandara!" ucapnya pada diri sendiri lalu melihat pria itu telah berlalu dan masuk ke dalam gang dekat cafeteria. Ia mematikan mesin mobilnya dan keluar dari mobil mengikuti langkah pria itu, 'Bukankah dia di penjara? Kenapa dia bisa bebas? Atau dia sama sekali tidak di penjara?' tanyanya dalan hati bingung. Rasa khawtir menyelimuti hati dan pikirannya.