10. Apa Yang Harus Aku Lakukan?

76 5 5
                                    

"HAHAHA...., Bodyguard Honey?"

Stefano Yunarta terkejut dan kesal melihat respon Hardian Syaid yang begitu arogan terhadap ucapannya barusan, "Bukankah kau memintaku tuk memikirkan kembali permintaanmu?"

Dengan sisa tawanya Hardian menjawab, "Benar. Tapi aku berubah pikiran,"

"Apa?"

"Honey sangat bergantung pada Andri. Ia pasti takkan mau jika bodyguardnya diganti oleh orang lain,"

"Bedebah!!" maki Stefano.

Hardian tersenyum manis pada Stefano yang menatapnya sinis, "Tapi.., aku mau.., kau menjadi suami Honey!"

Stefano terperanjat. Matanya membelalak melihat Hardian, "KAU GILA???!!" makinya marah dan pergi.

"Aku tahu kau memiliki dendam pada keluargaku! Jadi ayo datang padaku!" teriak Hardian memprovokasi.

Stefano terus berjalan. Ia tak peduli dengan provokasi Hardian.

"Arta!!! Ayo buat kesepakatan!!!" teriak Hardian lagi sesaat sebelum Stefano menghilang di balik pintu rooftops rumah sakit Bunda.

*****

"Apa hasil dari sidang Alex kemarin?" tanya Stefano Yunarta pada Ririn yang baru saja masuk ke ruang kerjanya sekaligus ruang rapat Tim Bunga.

"Dia dijatuhin hukuman 15 tahun penjara," jawab Ririn seraya meletakkan buket bunga ke meja kerja Stefano.

"Bunga dari siapa ini?"

"Dari HanS," jawab Ririn cemberut.

"Hans?! Hans siapa? Kenapa seorang pria mengirimkan buket bunga untukku? Kembalikan! Aku masih pria normal,"

Ririn melihat Stefano kesal, "Cobalah tuk melihat sekitarmu! Di depan pintu masuk kantor semua dipenuhi oleh karangan bunga dengan ucapan 'Terimakasih tuk jajaran Kepolisian Badan Kriminal dan Kapten Stefano karena telah menemukan Honey kami serta memenjarakan Alex by HanS'. HanS, Honey Joana Fans!"

Stefano mendesah kesal, apalagi saat ia sadar ternyata telah banyak bunga yang bertengger di buffet ruang kerjanya, "Aku tak peduli. Bawa pergi semuanya dari ruanganku!"

Ririn jadi semakin dongkol, "Apa kau tak ingin membaca kartu pesan mereka terlebih dahulu?" tanyanya pada Stefano yang justru mengacuhkannya. Ia pun mendengus kesal lalu membuka kartu ucapan bunga yang ada di atas meja Stefano dan membacanya dengan lantang agar Stefano ikut mendengarnya, "Kapten Stefano, aku tak peduli kau tampan atau tidak? Tapi kau layak menjadi pendamping hidup Honey. Kau penyelamat Honey!"

"YAH! KU BILANG BAWA KELUAR!! KENAPA KAU MALAH MEMBACANYA??!!"

Ririn menatap sinis Stefano yang baru saja membentaknya. Rasa takut akan bentakan Stefano seolah hilang mungkin karena berkaitan dengan idolanya, "Dasar tak berperasaan!" makinya kesal.

"APA? KAU BILANG APA BARUSAN?"

Ciuuut! Nyali Ririn kembali ciut. Ia takut dengan tatapan mata tajam Stefano yang kini mengarah kepadanya, "Aa..., eh... maksudku... Harusnya... malam itu aku yang menolongnya!" ucapnya terbata lalu mengalihkan pandangannya pada kartu ucapan di tangannya, "Ini lagi, ucapan macam apa ini?!" gerutunya sendiri seraya meletakkan kartu ucapan itu di meja kerja Stefano lalu melirik Stefano yang sudah tak menatapnya lagi. Ia pun berjalan ke depan pintu, "Jika HanS tahu, kau orang seperti ini. Aku yakin mereka takkan mau jika kau menjadi pendamping hidup Honey!" sindirnya pada Stefano lalu dengan cepat kilat menghilang di balik pintu.

"YAH RIRIN!! BAWA PERGI BUNGANYA!!!" teriak Stefano pada Ririn yang sudah berlalu, "Huhf!!!" Ia mendesau kesal melihat buket-buket bunga yang masih berserakan di kantornya. Lalu mengambil dan membaca kartu pesan yang ada di meja kerjanya, "Apa? Pendamping hidup?!" ulangnya sinis, "Jangan mimpi!" makinya seraya membuang buket bunga itu ke lantai.

Dangerous BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang