28. Bersamamu 24 Jam

61 4 33
                                    

"Stefano, sedang apa di sini?" tanya Hendrik Pradika heran.

Honey Joana segera meninggalkan Andri Ikhman dan berjalan cepat menghampiri Stefano Yunarta dan Hendrik, "Ayahku keluar kota. Pulanglah!"

Stefano menatap Honey, bibirnya melengkung tipis, "Aku ke sini bukan untuk mencari ayahmu. Tapi, untuk menemanimu ke rumah Ayuri,"

Mata Honey mendelik, 'Bukankah dia sudah resign. Untuk apa menemaniku?' batinnya tak percaya. Ia pun tak mau ambil pusing dengan bualan Stefano lalu menoleh pada Hendrik, "Ayo!"

Hendrik tersenyum riang dan bergegas membukakan pintu mobilnya untuk Honey yang ikut tersenyum kepadanya.

Blam!

Stefano dengan cepat menahan pintu mobil yang hendak ditutup oleh Hendrik. Ia menatap tajam mata Hendrik yang melihatnya heran dan tentunya sedikit masam, "Maaf Hendrik! Tapi aku tak bisa membiarkannya pergi bersamamu," tandasnya tegas lalu membuka lebar pintu mobil dan menarik tangan Honey keluar dari mobil.

"Yah! Apa yang kau lakukan?" pekik Honey

"Stefano! Kau sudah keterlaluan!"

Bruk!

Hendrik tak mampu lagi menahan emosinya sehingga sebuah tonjokan keras menghantam wajah Stefano. Andri dan Honey tentu terkejut akan aksi heroik Hendrik. Namun terlihat dari sudut bibir Andri tersenyum puas. Andri merasa tonjokan itu pantas tuk Stefano yang suka seenaknya. Yah, sekalian hitung-hitung tonjokan itu balasan atas tonjokan Stefano tempo hari kepadanya.

"Dengar Stefano! Meski aku menganggapmu sebagai teman tapi bukan berarti kau bisa kurang ajar. Hargai calon istriku!"

Bibir Honey mengulum senyum bahagia mendengar ucapan Hendrik. Seketika ia merasa terlindungi. Pria seperti inilah yang ia harapkan tuk menjadi suaminya.

Stefano melihat Honey yang kesemsem akan ucapan manis Hendrik. Ia pun tersenyum kecut dan merasakan sakit di sudut bibirnya. Ibu jarinya mengecek sudut bibirnya. Ada bercak darah. Emosi marahnya pun meningkat berkali lipat. Ia mengepal erat tangannya dan hendak melayangkan tonjokan untuk membalas perlakuan Hendrik.

Namun...

"YAH!!! " raung Stefano frustasi pada Honey yang menghalau tonjokannya dengan berdiri tepat di depan Hendrik. Emosinya tertahan. Ia menghempas kepalan tangannya, "Kenapa kau sering sekali menghalangiku jika aku ingin memukul seseorang?" kesalnya pada Honey. Ini bukan pertama kalinya Honey menghalanginya. Dulu saat dirinya dan Andri bersitegang di apartemen, Honey juga menghalangi. Ia pun menarik dan menggenggam tangan Honey tuk sedikit lebih dekat dengannya lalu berbisik ke telinga Honey, "Aku tunggu di mobil. Jika kau tak mau, aku akan menyebarkan video yang pernah ku rekam dulu. Kau tidak mau kan pernikahanmu batal?" ancamnya pelan seraya menghempas kasar tangan Honey yang berada di bawah genggamannya lalu berjalan kembali ke mobilnya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dangerous BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang