1. Tatapan Jebakan

196 11 4
                                    

🎶 Roy Kim - Linger On

Stefano Yunarta berdiri tegak dalam ruangan remang-remang. Mata tajamnya mengarah pada dua foto yang terpajang di papan peluru karet. Ia mulai mengangkat tangannya yang memegang pistol mainan. Ia menutup salah satu matanya tuk mentargetkan foto mana yang ia harus tembak lebih dulu. Namun, tiba-tiba tangannya gemetar, nafasnya naik turun tak karuan. Ia pun menjadi bingung dalam menentukan targetnya.

Stefano Yunarta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Stefano Yunarta

"Agh!!!" teriaknya sangat marah sambil melempar pistol itu ke dinding lalu dengan cekatan mengambil dua anak panah dan dilemparkannya sekaligus hingga mengenai dua foto yang menempel di papan panah yang terletak di samping papan peluru karet.

Nafasnya semakin memburu. Ia begitu sangat marah hingga menghentakkan kedua tangannya ke meja kerjanya. Sorot mata tajamnya menatap marah pada kedua foto yang terhunus anak panah itu. Giginya menggigit kecil bibirnya yang bergetar dan mengepal erat tepi meja menahan kemarahan yang teramat dalam. Rasa benci dan dendam mengalir deras di dalam tubuhnya.

HP dari dalam saku jasnya berdering dan diabaikannya. Ia masih tak ingin di ganggu oleh siapapun. Namun terus saja berdering hingga dengan terpaksa ia mengangkat telpon dari orang yang bernama Ririn.

"Halo, Stefano ke kantor sekarang. Suasana kantor sedang tidak kondusif. Ayolah aku mohon padamu! Kau tau kan jika...,"

Stefano menutup telpon sebelum Ririn menyelesaikan ucapannya. Ia mulai mengontrol nafasnya yang memburu dan emosi kemarahannya.

Lalu bunyi pesan dari Ririn masuk. Ia membaca isi dari pesan tersebut.

'Tim kita akan di bubarkan jika kau tak datang.'

"Aich, BAJINGAN GILA!!! Bisa-bisanya dia mengancamku dengan membawa-bawa Tim Bunga," geramnya.

Ia segera memperbaiki berkas yang berantakan di atas meja kerjanya. Ia tak ingin Tim Bunga dibubarkan seenaknya oleh kepala divisi kriminal, Didi Hendrawan. Lalu, ada pesan masuk dari Jidan, sahabatnya yang berada di Maroko.

📩 'Dia tiba siang ini dari L.A.'

Stefano menghela nafas beratnya setelah membaca SMS singkat itu. Senyuman miring menghiasi bibir tipisnya. Ia berjalan mendekati papan panah lalu mencabut foto yang selama ini telah ia rusaki dengan anak panah mainannya.

"Penderitaanmu akan segera dimulai." tandasnya, "HA-HA-HA-HA..."

Tawa jahat Stefano menggelegar. Ia menjatuhkan foto itu ke lantai dan menginjaknya kemudian berlalu dari ruangan.

Dangerous BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang