29. Topeng Terlepas

39 3 42
                                    

🎶 Letto - Ruang Rindu

"YAH!!!" seru Stefano Yunarta, suaranya penuh keterkejutan saat melihat Honey Joana terbangun dengan masker wajah yang menutupi sebagian wajahnya.

Honey yang masih terbangun setengah sadar ikut terkejut dengan suara keras Stefano. Ia melihat Stefano yang kini duduk bersandar di atas ranjang, "Kau sudah siuman?" tanyanya sedikit lega lalu seketika mengerutkan keningnya, "Lalu, kenapa berisik?"

"Wajahmu?" gumam Stefano sedikit kesal.

Honey langsung memegang wajahnya dan segera mencopot maskernya. "Ah, maafkan aku! Seharian kemarin wajahku terpapar sinar matahari, jadi semalam aku inisiatif tuk memakai masker. Tapi... aku ketiduran dan lupa mencopotnya," jelasnya seraya menepuk-nepuk lembut pipinya.

Stefano terdiam seraya menggerutu dalam hati, "Di saat situasi seperti ini, dia masih sempat-sempat juga tuk perawatan," Namun sesaat kemudian tatapan diamnya berubah jadi tertegun kagum akan wajah cantik Honey. Ia pun tersenyum simpul, "Dia tetap terlihat cantik meski dengan wajah bantalnya," pujinya dalam hati, "Benar kata orang, jika ingin melihat wajah cantik seorang wanita, maka lihatlah ketika ia bangun di pagi hari." lanjutnya semakin larut dalam tatapan kekagumannya.

Ekor mata Honey yang melirik ke Stefano seakan menyadari tatapan kagum penuh senyuman itu. Ia pun menjadi canggung dan sedikit grogi akan tatapan itu. Ia tak tahu harus melakukan apa tuk membuang perasaan grogi yang saat ini sedang melandanya. Tak mungkin juga, ia tetap stay di satu titik pandangnya saat ini seraya menunggu Stefano melepaskan tatapan itu. Ia pun beranikan diri tuk melihat Stefano bukan tuk membalas tatapan Stefano melainkan tuk menghentikan tatapan Stefano yang membuatnya grogi.

Tatapan mereka bertemu.

Stefano terkejut, segera mengalihkan pandangannya seraya tanpa sadar mengangkat tangan kanannya yang ter-gips tuk hendak menggaruk kepala. Namun..

"Aaa...!" Stefano menjerit kesakitan akibat ulahnya sendiri.

"Hahaha...," Aksi Stefano sontak membuat Honey tertawa lepas melihat kekonyolan Stefano.

Mata Stefano menyipit dengan bibir yang mengerucut."Jangan tertawa!"

Mendengar protes Stefano yang terdengar kesal, Honey menahan tawa dengan merapatkan bibirnya seraya mengalihkan pandangannya.

Stefano mendesah kesal, "Sial! Kenapa dia begitu cantik!" makinya dalam hati seraya kembali memandang kagum wajah cantik Honey.

Tiba-tiba, tahan tawa Honey terhenti. Ia teringat sesuatu yang penting.

Stefano yang menyadari Honey ingin menoleh melihatnya, segera mengubah ekspresi tatapan kekaguman berganti tatapan kesal.

Mereka saling memandang. Bedanya Honey memandang dengan wajah sesal sedangkan Stefano memandang dengan wajah kesal.

"Maafkan aku!" ucap Honey seraya menundukkan kepala, tak berani melihat tatapan Stefano. Bukan karna grogi tapi karna rasa sesal. Ia telah melakukan kesalahan.

Stefano terkejut. Ekspresinya kembali berubah. Rasa penasaran akan sikap Honey menyerangnya. Namun belum juga ia bertanya. Honey kembali mengangkat wajah dan melihatnya seperti ingin memberi penjelasan tentang apa yang baru saja Honey katakan.

"Harusnya aku memberitahu Junie tentang keadaanmu saat ini." sesal Honey, "Tapi aku tidak tahu nomor kontak Junie,"

Stefano mendengus antara lega dan kesal karna penasarannya sia-sia. Ia berpikir Honey telah melakukan kesalahan fatal. Ia pun menatap Honey yang tertunduk sesal, "Untuk apa kau minta maaf? Aku juga hanya ingin kamu seorang yang menemaniku di sini."

Dangerous BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang