9. Dunia Butuh Tanggung Jawab

88 6 11
                                    

"Kapten Stefano Yunarta," panggil Hardian Syaid menghentikan langkah Stefano Yunarta, "Kau putra dari Candra Wijaya, kan?" Lanjutnya bertanya saat Dokter Richard, suster Aliyah, Ririn dan Hannah telah keluar dari kamar Honey.

Stefano Yunarta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Stefano Yunarta

Stefano terdiam. Dia berdiri membeku di
depan pintu. Tubuhnya kembali gemetar. Dadanya terasa sakit dan sesak. Ia menarik tangkai pintu tuk segera keluar dari kepenatan sikap Hardian.

"Arta. Stefano Yunarta Candra Wijaya. Aku sangat tahu dengan jelas..., wajah dan nama lengkapmu!" Hardian kembali bersuara hingga Stefano kembali tertahan di depan pintu.

Stefano mendesah. Giginya berkutat dan tangannya mengepal erat tangkai pintu. Ia menarik dan membuang nafas perlahan lalu menutup dan mengunci pintu. Ia menoleh menatap Hardian penuh marah, "PEM-BU-NUH!!!!" makinya dengan mata yang berkaca-kaca.

Hardian Syaid

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hardian Syaid

Hardian tersenyum lebar, "Kau sudah dewasa sekarang. Sejak kau meninggalkan rumahku, aku selalu menunggumu tuk pulang," terangnya ramah, "Kemarilah! Ayo duduk, sudah saatnya kita berbicara," bujuknya pada Stefano yang masih menatapnya marah.

Tawa Stefano bergetar, "Apa yang ingin kau bicarakan padaku, hah? APA???!!!" raungnya memolototi Hardian.

"Banyak hal," jawab Hardian santai, "Aku ingin tahu bagaimana kau melewati masa remajamu hingga kau bisa tumbuh menjadi pria tampan dan berwibawa seperti ini?" lanjutnya tersenyum seraya menarik badannya ke belakang dan salah satu tangannya memanjang di pundak kursi.

Ceh! Stefano meludah jijik dengan ucapan Hardian. Ia menatap Hardian marah dan penuh dendam, "Kau tak perlu tahu tentang kisahku. Hidupku sangat baik. Lebih baik kau khawatirkan saja hidupmu...," Lalu menoleh ke Honey, "Dan hidup putrimu," nasehatnya.

Hardian berdiri dari duduknya dan berjalan menghampiri hospital bed Honey yang terletak di sudut ruangan, "Terimakasih telah menolongnya," ucapnya tulus sambil mengamati wajah putrinya yang terbaring koma.

Stefano tertawa sinis, "Aku tidak menolongnya. Aku hanya melakukan tugasku. Jika bukan karena tugasku, aku sudah membunuhnya," sanggahnya seraya mengancam dan menatap marah pada Hardian.

Dangerous BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang