27. SELESAI?

2.8K 239 39
                                    

****

Kepala Arif masih sangat nyeri, tubuhnya pun lemas tidak bisa digerakan. Perlahan Arif membuka matanya dan melihat dimana ia sedang berada.

Arif tersadarkan menghadap langit malam, tapi tubuhnya tidak bisa merasakan tanah. Saat Arif melirik dia ternyata sedang mengambang. Kaki dan tangannya di ikat ke ujung pohon seperti sebuah jemuran manusia yang sedang di gantung.

Di sebelah kanan Arif ia melihat patung yang sangat Arif kenal, itu patung yang ada di kamar Arif kini sudah ada di dekatnya lagi.

Bukan kehadiran patung itu yang Arif takutkan tapi seseorang yang ada di samping patung itu sedang menantikan Arif.

Ia berjalan menghampiri Arif yang jelas tidak bisa bergerak sama sekali karena kaki dan tangannya di ikat ke pohon serta tubuhnya yang mengambang.

"Malam ini cukup melelahkan huh?" Tanyanya pada Arif.

"Lepasin saya mohon" pinta Arif, ia hanya bisa pasrah.

"Kamu dan keluarga mu itu memang yang paling merepotkan di banding yang lain"

Arif menutup matanya, ia sudah sangat lemas dan tidak bisa apa apa lagi. "Maafkan saya dan keluarga"

Orang itu menempelkan pisau yang sempat Gema bawa ke wajah Arif. Wajahnya sangat tenang saat melakukan ini.

"Kamu nggak perlu minta maaf, justru saya yang berterima kasih"

Arif menahan napasnya, ia sangat ketakutan bahkan ingin menangis saat itu juga.

"Kamu tau?" Tanyanya. "Kamu itu lebih cerdas di banding kakakmu dan ayahmu"

"Apa maksudmu?" Arif kini menatap orang tua dengan rasa takut.

"Dia memang orang bodoh yang mau melakukan segala cara, tidak seperti kamu yang langsunh tau tujuan kami"

"Kalian menipu kak Gema dan bapak?"

"Lebih tepatnya memanfaatkan" ia tersenyum lebar pada Arif. "Kalau bukan kakakmu juga, kita tidak perlu capek capek mencari tumbal persembahan"

"Dan ayah bodoh mu itu terlalu percaya pada sahabatnya, dan membuat keluarga dia dalam bahaya" lanjutnya.

Arif seketika marah karena tau kalau kakaknya dan bapaknua hanya di manfaatkan dan di jebak seperti ini.

"Rghhhh" Arif memberontak dan berusaha melepas ikatan itu.

"Uhhh, saya suka orang penuh semangat seperti kamu, seandainya kamu tidak menolak ajakannya saat itu, mungkin kamu akan jadi pengikut favoritnya"

"Siapa?" Tanya Arif, kini raut marahnya seketika hilang.

Orang itu hanya tersenyum lebar dan pergi meninggalkan Arif menuju patung itu sambil menenteng sesuatu. Terlihat beberapa anggota sekte itu juga mengikutinya di belakang.

"Mari kita mulai ritualnya" Teriaknya lalu menaruh sesuatu di atas patung itu.

Mata Arif terbuka lebar melihatnya, matanya seketika mengeluarkan air mata dan berteriak kencang.

KEJAWEN : jilid 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang