****
"Yasin walquranil hakim innaka laminal mursalin...."
Hari ini, tepat dua hari Joe meninggal dunia. Dengan segala kejadian aneh yang telah terjadi dan masih menjadi misteri serta penyelidikan polisi yang sia-sia. Joe akhirnya bisa dikebumikan, Arif, Gema, Nana dan teman teman kerjanya berniat untuk ikut menguburkan jenazah Joe.
Ibu Joe terus saja menangis tanpa henti sejak mendengar kabar kematian putranya dua hari lalu, meski Arif dan Gema merasa sedikit canggung karena mereka lah orang terakhir yang bicara dengan Joe.
Arif mencoba mendekati ibunya Joe yang duduk tepat di depan jenazah Joe yang sedang di bacakan Yasin. Hal ini hanya untuk memberikan sedikit dorongan empati kepadanya.
"Tante, yang sabar ya, saya turut berduka cita, semoga arwah beliau diterima di sisi Nya" ucap tulus Arif ke Ibu Joe.
"Iya, makasih ya doanya" jawabnya dengan suara serak karena tangisnya yang tak kunjung henti.
Gema menepuk pelan pundak Arif. "Kita tunggu di luar aja yu Rif"
Arif mengangguk pelan dan segera berdiri menuju keluar rumah Joe. Di sana juga sudah ada Nana dan teman teman kerjanya yang sengaja menyempatkan waktunya untuk datang.
"Ibunya terpukul banget ya" kata Nana sambil memperhatikan ibu Joe dari luar.
"Joe itu anak satu satunya mereka, jadi wajar mereka sangat terpukul dengan kepergian Joe" jelas Gema.
"Padahal dia orang yang baik"
"Tuhan lebih sayang sama orang yang baik, makanya mereka banyak yang pergi lebih dulu"
"Meski dengan cara yang nggak wajar?"
Arif dengan teman temannya sudah biasa dengan ocehan Nana yang spontan, tapi bagi Gema yang baru saja mengenal Nana mungkin akan sedikit kesal dengan ucapannya yang sangat tidak pantas itu.
"Bang, sebenernya lo nggak usah dateng juga nggak apa-apa loh bang" ucap Arif tak enak.
"Ya meskipun kita nggak kenal dia, tapi kita turut prihatin sama apa yang udah terjadi waktu itu, makanya kita dateng" jawab Roni.
"Resto jadi sering di tinggal gini jadi nggak enak gue bang"
"Gue nggak akan di angkat jadi manager kalo nggak bisa atur semuanya Rif"
"Maksudnya gimana tuh?"
"Hari ada project Gede di resto, makanya gue bisa ajak Staff yang lain ke sini buat ngelawat"
"Jadi...?" Arif masih tidak mengerti.
"Kita lembur bego" celetuk Yudis dengan santai.
"Sekali lagi lu ngomong, gue colok idung lo pake pulpen"
Gema pergi perlahan menuju sebuah kursi di dekat pintu, Arif pun memilih untuk mengikuti kakaknya di banding berdebat dengan temannya, ia juga segera duduk di sebelah Gema.
"Gue masih nggak ngerti kak" sejak beberapa hari lalu Arif terus memikirkan kematian Joe.
"Soal apa?"
"Apa yang terjadi sama bang Joe sampe bisa kaya gini"
"Lo nggak perlu tau, lo cuma perlu waspada aja"
"Waspada dari apa?"
"Apapun itu"
****
KAMU SEDANG MEMBACA
KEJAWEN : jilid 1
Horor"Tidak ada yang benar-benar sendiri selama ini, cukup buka mata dan perhatikan dengan jelas" Arif, seseorang yang tak tau terlahir dari keluarga spesial. Suatu ketika dia harus menanggung semua masalah yang diperbuat keluarganya. Teror terus menerus...