18. Teror

2K 177 5
                                    

****

Hari ini langit sedikit lebih gelap, tidak seperti biasanya yang selalu menyorot panas ke permukaan. Arif masih menunggu kakaknya yang sedang bersiap siap, ia menunggu di ruang tamu dan tanpa sadar melamun.

Suara langkah kaki terdengar sangat jelas, entah apa yang sedang dilakukan Gema di atas sana tapi hal itu membuat Arif geram dan tidak sabar lagi untuk menunggu.

Tok Tok Tok !!!

Ada seseorang yang mengetuk pintu rumah dengan cepat, niat Arif untuk menghampiri kakaknya ia urungkan lalu berjalan menuju pintu untuk mengecek siapa di sana.

"Om Dafa?" Arif mendapati sosok pria paruh baya tengah berdiri di depannya.

"Arif" sapa Om Dafa.

Arif melirik kesekeliling, ingin memastikan bahwa Om Dafa datang sendirian.

"Ada apa Om?"

"Om denger kamu mau ke rumah ibu kamu"

"Iya, kita mau jenguk ibu"

"Boleh saya ikut?"

"Untuk apa?" Gema ternyata sudah ada di belakang Arif secara tiba-tiba.

"Ibu kalian itu istri dari kakak Om, jadi Om cuma mau jenguk juga" jawab Om Dafa.

Tidak ada sedikit pun kecurigaan yang Arif lihat dari permintaan Om Dafa, berbeda dengan Gema yang begitu sinis melihat kehadiran Om Dafa di sana.

"Kalian bisa berangkat bareng pake mobil Om" ajak Om Dafa lagi.

"Ikut gue!" Gema menarik Arif menjauh dari Om Dafa dan membawanya ke dapur untuk bicara empat mata.

Tatapan mata Gema menyimpan banyak kebencian, meski Arif sendiri tidak tau apa yang membuat Gema sangat benci pada Om Dafa.

"Gue nggak bisa percaya sama dia" ungkap Gema berbisik.

"Kak, gimana pun juga dia cuma mau jenguk ibu"

"Rif denger, dia itu adiknya bapak, dan bapak yang udah buat hidup kita terus di teror sama makhluk ga jelas, mungkin aja dia punya niat yang sama"

"Lo nggak bisa punya pikiran negatif kaya gitu, dia cuma emang pengen jenguk kak, udah sih lo izinin aja"

"Terserah deh ya, gue udah curiga sama dia dari lama"

"Curiga apa?"

"Lo nggak akan ngerti"

"Gimana gue mau ngerti, lo coba jelasin aja enggak!"

"Cepet ambil buku lo dan siap siap, kita berangkat sekarang!" Gema mulai Tersulut emosi. Ia lalu pergi ke rubanah untuk mengambil sesuatu.

Terakhir kali Gema marah ia merasakan aura negatif di rumah ini, seolah ada yang ikut marah dan mengamuk berasama dengan Gema.

Arif tau kalau Gema akan menyuruhnya membawa buku itu, jadi dia sudah menyimpan buku itu sejak lama di dalam tas.

Arif kembali menghampiri Om Dafa, ia merasa tidak enak membiarkan pria itu berdiri di luar rumah sangat lama. Meskipun dia pernah mengusir Arif secara kejam tapi Arif tetap tidak bisa marah pada Om nya itu.

"Iya..pasti.. tunggu.."

Seperti sedang bicara seseorang, Arif melihat Om Dafa begitu serius bicara sambil berbisik. Suaranya dapat terdengar oleh Arif dari balik tembok, ia memergoki Om Dafa bicara dengan seseorang, tapi di mata Arif tidak ada siapa siapa di sana.

KEJAWEN : jilid 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang