****
"Kak gema..."
Tubuh Nana seketika lemas mendapati Gema sudah berdiri di atas kasurnya. Dia seperti sedang berbicara dengan seseorang.
"Kak, ngapain di sana?"
Nana memberanikan dirinya untuk mendekati Gema, melihat lebih dekat apa yang sedang ia lakukan.
"Dia.... seharusnya.....saya, ..... ambil ........ tinggalkan ..... saya" Gema bicara tak jelas di atas sana.
"Kak gema"
Nana berusaha terus memanggilnya agar Gema sadar, tapi hal lain yang Nana temukan sangat mengejutkan.
Untuk sesaat Gema tak bergerak dan berhenti melakukan apapun yang sedang ia lakukan saat itu.
"Kak gema udah sembuh?" Tanya Nana hati-hati sembari berjalan mendekatinya.
Gema sadar akan kehadiran Nana, dia membalikan badannya dan mengahadap ke Nana. Wajah Gema menjadi lebih pucat dari sebelumnya, bola matanya menghitam, seperti tak ada apa apa di dalamnya. Kosong.
"Hmmm" Nana berusaha untuk tak teriak, dia menahan mulutnya dengan tangan dan sangat terkejut dengan apa yang ia lihat.
Mata Nana mulai memanas, dia sangat terkejut sekarang melihat Gema tanpa bola mata di wajahnya.
Lalu tiba-tiba Gema tersadarkan, matanya kembali muncul entah dari mana. Dia melirik ke arah Nana yang mematung dan terus memegangi mulutnya.
"Nana..." lirih Gema lemas.
Bola mata Gema memutar ke atas, hanya bagian putih yang dapat terlihat. tubuhnya kembali melemas dan tak sanggup berdiri. Lalu.
Brakkk
"Ahhhhhh" teriak Nana.
Gema jatuh di antara kasur dan besi tirai pembatas, tubuhnya tergeletak tak berdaya di lantai dan tak bergerak sama sekali.
Nana yang masih terkejut melihat kondisi Gema berlari dari ruangan tersebut dan segera memanggil dokter.
"DOKTERRR!!!"
****
Arif yang masih menunggu Nana mendapatkan telpon dari Nana.
"Halo Na, Lama banget sih ada apa?" Ucap Arif yang menerima telpon dari Nana.
"Kak Gema Rif..." suara serak Nana terdengar.
"Kak Gema? Kenapa?"
Arif segera mematikan telponnya dan langsung berlari menuju kamar rawat kakaknya.
****
Sesampainya di sana, Arif sudah mendapati Banyak suster dan dokter di ruangan tersebut. Nana yang berdiri di dekat pintu masih terlihat syok, bahkan beberapa kali dia memegangi kepalanya yang pusing.
"Nana" panggil Arif yang baru saja datang.
"Astaga Arif" Nana langsung memeluk Arif erat, dia sangat terkejut dan takut saat itu.
"Na, tenang ya" Arif mencoba menenangkan Nana, dia mengelus elus pelan punggung sahabatnya itu.
Nana melepaskan pelukannya dari Arif, dia masih terlihat sulit mengatur napasnya, kepalanya pun sangat berat saat itu. Ia juga tak sanggup lagi untuk menahan tangisnya.
"Na, tenang, sekarang ceritain Kak Gema kenapa?" Tanya Arif pelan.
"Ada apa sih ini semua Rif? Gue bingung" lirih Nana lemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEJAWEN : jilid 1
Horor"Tidak ada yang benar-benar sendiri selama ini, cukup buka mata dan perhatikan dengan jelas" Arif, seseorang yang tak tau terlahir dari keluarga spesial. Suatu ketika dia harus menanggung semua masalah yang diperbuat keluarganya. Teror terus menerus...