25. Di Tandai

1.8K 166 0
                                    

****

Arif bergegas berlari keluar dari loteng, ia yakin kalau itu suara Roni dari ruang tamu. Saat Arif menuju ruang tamu ia bertemu dengan Nana yang baru keluar dari kamarnya. Arif melirik betapa kacaunya kamar Nana.

"Nanti gue jelasin" ucap Nana yang tau apa pikiran Arif.

"Lo denger suara Roni kan?"

"Iya, ayo ke sana"

Arif dan Nana lalu berjalan kembali menuju ruang tamu, merasa ada yang tidak beres di sana.

Mata mereka berdua membulat sempurna saat melihat ruang tamu sudah kosong, barang barangnya sudah di pinggirkan dan hanya menyisakan tempat kosong di tengahnya.

Arif dan Nana melihat tubuh Yudis dan Roni sudah tergeletak di tengah ruangan, tubuhnya setengah dikuliti dan tergeletak berlawanan arah satu sama lain.

"Ahhhh" Nana berteriak pelan dalam dekapan tangannya, ia menangis melihat temannya sudah tidak bernyawa dengan kondisi mengerikan. Tubuhya hampir dikuliti dengan sempurna.

Arif terdiam tak bicara, ia membuang wajahnya agar tidak melihat pemandangan mengerikan yang ada di depannya.

"Maaf bang, Yudis" lirih Arif lemas.

Arif merasakan ada sesuatu di ruang ini bersama dirinya dan Nana, dari setiap sudut keluar orang orang dengan pakaian serba hitam.

"Selamat datang Arif" ucap salah seorang di sana, ia seperti pemimpinnya.

"Siapa kalian?" Tanya Arif sambil merangkul Nana agar tidak di apa apakan oleh orang orang itu.

"Tenang, kita di pihak yang sama" ia berjalan menuju mayat Roni dan Yudis lalu berjongkok di hadapannya.

Ia memotong lidah masing masing dari mereka. Dan memegangnya di tangannya dan memberikan pada Arif dan Nana.

"Makan!" Perintahnya.

"Jangan harap" tolak Arif, sedangkan Nana masih terus berlindung di balik Arif.

"Kalo kamu mau selamat, kamu harus ikuti ritual ini"

"Saya bukan salah satu kalian"

"Kamu salah, kalian sudah menjadi salah satu dari kami"

Salah seorang temannya datang menghampiri, kali ini Arif mengerti apa yang orang itu maksudkan.

"Kak Gema?" Kaget Arif dan Nana melihat kehadiran Gema di sana. Raut wajahnya sangat tenang saat memegang lidah itu yang di berikan padanya.

Gema berjalan mendekati Arif dan Nana sambil membawa lidah milik Yudis dan Roni.

"Makan sekarang!" Paksa Gema.

"Kak lo apa apaan sih, sadar!"

"Gue udah sadar, justru lo yang belom sadar! Lo cuma harus terima ini semua!" Kini raut wajah Gema mulai menegang, entah apa yang membuatnya seperti ini.

"Gue nggak mau! Kenapa lo lakuin ini semua?"

"Ini semua salah bapak!" Pekik Gema kesal.

KEJAWEN : jilid 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang