Chapter 22

74 13 3
                                    

Pagi hari AeRi terbangun dari tidurnya dan tidak menemukan sosok Min Yoongi di sampingnya, lalu ia menbersihkan diri dan bergegas ke ruang makan. Ahjumma mengatakan bahwa Yoongi sudah pergi sejak pagi sekali. AeRi pun hanya mengangguk diam. Ia berencana untuk mengurus dan menyibukan diri di kedai juga toko yang suami nya katakan tadi malam. Sesampainya di sana ternyata benar segala sesuatunya sudah disiapkan, AeRi hanya perlu mengontrol ketiga tempat usahanya itu. AeRi juga menyempatkan diri meninjau panti asuhan yang sedang dibangun oleh Yoongi.

Kegiatan AeRi pun sudah berlangsung selama 2 minggu dan selama itu pula AeRi tidak pernah melihat Yoongi di pagi hari, bahkan malam hari Yoongi pulang larut malam. Sepertinya ia sedang sangat sibuk, Ahjummna di rumahnya mengatakan Yoongi pulang sekitar jam 1 atau 2 dini hari. AeRi sedikit penasaran apa yang membuat Yoongi sampai sesibuk itu. Dan hari ini ia memutuskan untuk tidak terlelap dan menunggu Yoongi pulang hanya untuk merasakan kehadirannya. Apa AeRi sudah mulai membuka hatinya untuk Yoongi? Ternyata Yoongi pulang sekitar jam 3 dini hari.

"Terima kasih untuk semuanya." ucap AeRi.

"Kau belum tidur?"

"Aku menunggumu untuk mengatakan itu."

"Apa Kau senang dengan kesibukanmu AeRi?"

"Aku senang."

"Aku senang kalau kau senang."

"Mengapa aku tidak pernah melihatmu akhir-akhir ini? apa kau sedang sangat sibuk?"

Yoongi sadari ini pertanyaaan pertama yang keluar dari mulut istrinya sejak awal pernikahan mereka.

"Aku tau mungkin kau tidak merasa nyaman dengan adanya diriku di sekitarmu. Aku tahu kau menikahiku tanpa rasa cinta apalagi aku pernah menjadi orang paling jahat di hidupmu. Aku hanya ingin kau bahagia dan nyaman untuk saat ini, maka dari itu aku berangkat sebelum kau terbangun dari tidurmu dan pulang setelah kau tertidur agar kau tidak melihatku."

Lagi-lagi AeRi tidak menanggapi jawaban dari pria yang tengah berbaring di sampingnya ini. Ia mengeluarkan air mata untuk kesekian kalinya dalam diam, entah apa yang ia rasakan dan pikirkan sekarang.













.............













Sudah tengah larut malam, Min Yoongi pun kembali pulang dari kantornya dan memasuki kamarnya untuk membersihkan diri dan beristirahat, saat ia mendekati ranjang ia melihat piama tidur yang sudah disiapkan dan pakaian kantor yang di gantung dekat ranjang. Saat itu Min Yoongi menyadari sesuatu, ia tidak langsung bergegas membersihkan diri saking terharunya dan merangkak ke ranjang memelek tubuh AeRi dari belakang juga menghirup aroma rambut istrinya itu, ia menggenggam tangan AeRi.

"Terima kasih AeRi..." lirih Yoongi.

AeRi pun membalasa genggaman tangan Yoongi.

"Min Yoongi..Jangan mengindariku lagi."

"Tidak akan. Maafkan aku Min AeRi."

"Maafkan aku juga."

"Besok kita gunakan hadiah dari Appa."

"Sebaiknya begitu."

Mereka berbincang tanpa menatap satu sama lain tapi saling menyalurkan dan merasakan kehangatan dari diri masing-masing.

AeRi POV :

Sejak saat Min Yoongi meminta ku untuk tidak lagi menjalankam kewajibanku sebagai istrinya disitu aku merasakan ada hal aneh yang aku rasakan, tetapi alasannya yang membuatku sakit adalah entah kapan aku bisa membuka hati untuknya. Aku akui keberadaan Jungkook dalam hatiku sudah sedikit tidak ada lagi, tetapi untuk mulai mencintainya aku tidak yakin apa aku bisa melakukannya. Dan hari-hari setelahnya aku mencoba menyibukan diri dengan segala sesuatu yang sudah ia siapkan katanya supaya aku tidak bosan di rumah dan selama itu juga aku tidak merasakan kehadirannya di sekitarku. Ia berangkat kerja sebelum aku bangun dan pulang larut setelah aku tidur. Aku akui bahwa aku memikirkannya, lalu aku memutuskan bertanya padanya apa yang membuatnya sibuk seperti itu. Dan itu adalah pertanyaan pertama dari mulutku padanya sejak awal pernikahan kami, lalu alasannya semakin membuatku merasa jadi orang paling jahat di dunia. Tidak kupungkiri aku merasa ia sangat tulus kepadaku, dan dengan ketulusannya aku rasa aku mulai membuka hati untuknya. Aku merasa tidak nyaman menjadi orang tanpa perasaan seperti kemarin, dan aku memutuskan untuk memberikannya kepastian atas perasaanku. Mungkin aku mulai sedikit merindukan kehadirannya di hidupku, untuk cinta itu sendiri aku masih belum bisa memastikannnya.


Tbc....

LAW and LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang