06. Bangun Suamiku

44 13 0
                                    

"Luqman biasa bangun untuk sepertiga malamnya pukul 03. Bangunkan dia ya Kaomi,"

Begitu kata Ummi Ruyya.

Sebelum pukul tiga, Kaomi sudah bangun dan menyiapkan air hangat untuk suaminya. Tak lupa ia juga melaksanakan shalat tahajud terlebih dahulu.

Sebelum lanjut memasak, Kaomi pergi ke ruang kerja suaminya karena jam sudah menunjukkan pukul tiga.

"Kak Luqman, Kak, Kak sudah jam tiga," Kaomi hanya berbisik.

Melihat tidak ada reaksi dari suaminya. Kaomi mencoba dengan pukulan-pukulan kecil kepada lengan Luqman.

Tak lama, Luqman pun bereaksi, ia sedikit terkejut ketika Kaomi yang membangunkannya.

"Sudah jam tiga pagi, Kak Luqman tidak akan tahajud?,"

"Mau, mau, mau kok mau," Luqman masih belum terlepas dari rasa kantuknya.

"Kaomi sudah siapkan air hangatnya. Diam dulu saja beberapa menit supaya tidak pusing, Kaomi ambilkan air putih ya sebentar,"

"Iya terimakasih,"

Luqman memijat sendiri bagian di antara kedua matanya. Ia baru saja tidur tiga jam yang lalu, tetapi harus bangun untuk melaksanakan shalat tahajjud.

Kaomi pun kembali dengan membawa segelas air putih. Lalu menunggu Luqman menghabiskan air putih itu.

"Setelah selesai shalat, kita sahur. Air hangatnya keburu dingin, biar Kaomi yang antarkan handuk untuk Kak Luqman nanti,"

"Sudah tidak apa-apa. Saya bisa ambil sendiri kok, kamu lanjut masak saja,"

"Oh iya Kak,"

Kaomi bergegas kembali ke dapur. Sedangkan Luqman memandang wanita itu dengan sedikit heran. Bagaimana mungkin isterinya itu tetap melayaninya dengan baik padahal tadi malam ia baru saja mendapatkan kalimat kurang ajar dari suaminya.

Seharusnya cinta itu sudah mulai tumbuh. Namun Luqman lagi-lagi mempertahankan sekuat tenaga agar perasaan cintanya itu tidak muncul kepada Kaomi. Lalu kalau begini, apa yang kurang lagi sih dari Kaomi? Luqman terlalu dalam tinggal di lamunannya.

***

Pukul tiga lewat limabelas, Luqman baru selesai melaksanakan shalat tahajud. Luqman pun kembali ke ruang kerjanya untuk merapikan hasil kerjanya.

Tiba-tiba Kaomi memanggilnya.

"Menu sahurnya sudah siap,"

"Saya akan segera kesana,"

***

Ini adalah sahur pertama mereka. Terlihat romantis. Dua insan yang sebelumnya tidak saling mengenal, lalu tinggal satu rumah disebabkan pernikahan, namun tetap menjaga sunnah Rasul yang mereka biasakan sebelumnya.

"Kamu bangun jam berapa?"

"Kalau nggak salah jam dua kurang sepuluh menit,"

"Sudah niat puasa sunnah?"

"Alhamdulillah sudah tadi malam sebelum tidur,"

"Kenapa tidak mengingatkan saya? Saya lupa tadi malam,"

Kaomi tersenyum kaku, "Oh iya maaf Kak,"

"Terimakasih untuk kerja kerasnya. Maaf sudah sangat merepotkan,"

Kaomi hanya tersenyum.

Yaampun Luqman kamu anggap apa sih isterimu itu? Seharusnya kamu membalasnya dengan memuliakannya, memeluknya kek. Hihihihi.

***

Setelah imsyak. Luqman bersiap-siap pergi ke masjid. Seperti biasa Kaomi mengantar suaminya sampai ke depan pintu.

"Oya hari ini Kak Luqman mau pakai baju apa ke kampus?"

"Terserah kamu saja. Baju yang kamu siapkan, Insya Allah saya akan memakainya,"

"Yasudah kalau begitu hati-hati di jalannya,"

Luqman hanya mengangguk. Kaomi memandang kepergian suaminya sampai bayangannya sudah tidak terlihat, setelah itu bergegas masuk.

***

Ketika Luqman pulang, Kaomi masih memakai mukena yang dipakainya sejak adzan subuh tadi. Ia kemudian melanjutkan kembali mengajinya sedangkan Luqman melanjutkan hafalannya, karena kebiasaan Luqman melanjutkan hafalannya adalah sehabis subuh.

Ketika jam menunjukkan pukul enam pagi. Luqman segera bersiap-siap ke kampus, ia memakai baju yang disiapkan Kaomi. Dan saat ini ia sedang memasang dasi sambil menghadap ke cermin, Kaomi yang baru saja masuk ke kamar langsung merapikan tempat tidurnya.

"Hari ini kamu fulltime di rumah?"

"Hari ini aku mau izin keluar, ada jadwal kajian intensif. Insya Allah sebelum ashar sudah pulang, Kak Luqman pulang jam berapa?"

"Insya Allah magrib juga sudah pulang. Saya akan buka puasa di rumah,"

"Kalau gitu aku bakal siap-siap masak,"

"Kalau memang masih capek, istirahat di rumah saja. Atau kajian intensifnya jadi di rumah saja,"

"Insya Allah masih bisa pergi kok kak, yang penting aku dapat izin,"

"Bagus kalau begitu. Saya akan berangkat pagi-pagi, ada jadwal ngajar jam tujuh pagi ini. Jangan lupa shalat dhuhanya!"

Ingin sebenarnya Kaomi mencium punggung tangan suaminya, tetapi ia tidak berani karena Luqman pun tidak memberikan tangannya terlebih dahulu.

Tahu begitu, kenapa tidak saat Luqman tertidur saja Kaomi mencium punggung tangan suaminya itu.

Kaomi hanya bisa mengantarnya sampai ke depan pintu lalu membiarkan matanya itu kehilangan pandangan terhadap suaminya.

Kepadamu Penggenap Imanku [2016] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang