26. Berkunjung ke Yogyakarta - Extra Part

94 14 7
                                    

Dunia ini tak ada harganya, maka dari itu Allah berikan dunia ini pada orang yang tak beriman pun. Sedang Surga, Allah simpan hanya untuk orang-orang yang beriman kepada-Nya.

Bukankah hidup itu akan menjadi sederhana dengan kita menerima kehendak Allah dan percaya serta yakin akan yang lebih baik menurut-Nya.

Pernah bahkan mungkin sering kali kita iri kepada jalan hidup orang lain, begitu membahagiakan dan sama sekali tak ada kesedihan, sayangnya kita lupa bagaimana memandang kesedihannya.

Lalu ada juga, kebahagiaan yang Allah berikan kepada seseorang terkadang bukan karena Allah menyayanginya tetapi bisa saja karena Allah membiarkan ia lebih jauh dari-Nya. Dan kita tentunya tak ingin menjadi orang yang seperti itu.

Mari sama-sama bersama mereka yang beryukur, menerima ujian yang sudah Allah berikan. Bukankah Allah memberikan ujian seberat itu karena Allah tahu kita bisa melewati ujian itu.

Kaomi, patah hatinya ketika melihat lelaki seusia suaminya yang menggendong bayi sedang kaki kanan dan kirinya tak lepas dari tarikkan tangan-tangan mungil yang lembut.

Siang ini Kaomi baru saja pulang mengajar, dijemput oleh Luqman yang akan kembali lagi ke kampus setelah ashar nanti namun pesan terakhir yang dikirim suaminya menginformasikan bahwa tidak ada kelas di sore ini. Sejenak duduk di kursi taman alun-alun kota, se-cup eskrim tiba-tiba muncul dihadapannya.

"Eskrimnya Yang,"

Luqman kembali duduk di samping Kaomi, mereka bersama-sama membuka eskrim yang baru dibuka. Melihat Kaomi dengan tangannya yang lemah tak juga membuat tutup eskrim itu terbuka. Seketika Luqman mengambil eskrim itu dan memberikan Kaomi eskrim yang lain, yang sudah siap dimakan.

"Besok masih ngajar lagi Yang?"

"Seharusnya nggak ada, tapi Mbak Asya mau pulang ke Jawa, ke mertuanya, sakit katanya, jadi aku gantiin,"

"Ouhh... Ummi bilang besok mau dianter ke supermarket, belanja katanya, tadi pagi aku ke rumah Ummi,"

"Bisa kayaknya, pas aku ngambil istirahat, nanti deh aku yang ke rumahnya Ummi,"

"Yaudah nanti kamu yang hubungi lagi ya Yang,"

Ketika Kaomi dan Luqman sedang berbicara, dari kejauhan terlihat seorang anak perempuan terjatuh setelah meninggalkan sepatu kanannya, Luqman yang pertama melihat langsung menghampiri anak perempuan berusia kurang lebih tiga tahun itu.

"Hallo sayang," kata Luqman sambil membangunkan anak perempuan itu.

Dalam jangkauan satu langkah kakinya, sepatu anak perempuan yang terlepas itu didapat oleh Luqman.

"Om pasangkan ya sepatunya,"

Anak itu hanya diam dan menurut, pun tak menangis dan tersenyum sedari tadi. Kaomi yang dari jauh menjadi pemerhati, pun ikut menghampiri mereka berdua.

"Mamanya mana?"

Luqman ikut terkesima melihat anak perempuan yang sedari tadi menyenyuminya. Tak lama seorang perempuan datang menghampirinya, memanggil anak perempuan di depannya dengan sebutan Ainy.

Ainy yang masih dipegang lembut lengannya oleh Luqman segera menghampiri panggilan ibunya.

"Aisyah?"

"Mas Luqman?" Aisyah ikut terkesima.

"Sedang apa disini?" Tanya Luqman.

"Mengantar suami, kami sudah dua hari menginap disini. Mas Luqman sedang apa?" Aisyah kembali bertanya.

Luqman menengok Kaomi yang sedari tadi pun memperhatikannya heran, "Menemani isteri saya, mari saya kenalkan,"

Luqman mengajak Aisyah untuk bertemu dengan Kaomi yang segera berdiri menunjukkan sambutannya dengan wajah sumringah pula.

Kepadamu Penggenap Imanku [2016] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang