09. Undangan Dari Yogyakarta

36 15 0
                                    

Ini akan menjadi kali pertama Luqman mengantar Kaomi pengajian.

"Saya akan menunggu kamu masjid samping majelis,"

"Iya Kak,"

"Saya tidak membuat kamu terganggu, kan?"

"Ya nggaklah kak, malah Kaomi yang jadi buat repot kak Luqman,"

"Yaudah yuk berangkat, pintunya udah dikunci?"

"Sudah Kak,"

Kaomi dan Luqman berjalan kaki menuju ke depan gang lalu menunggu angkutan umum yang akan membawa mereka ke tempat tujuan.

Dilihatnya lengan Luqman yang kosong, sebenarnya ingin sekali Kaomi mengaitkan lengannya ke lengan Luqman, tetapi pastinya Luqman akan menjadi tidak nyaman. Akhirnya Kaomi memilih untuk fokus saja pada perjalanannya.

***

Meskipun pernikahan Kaomi dan Luqman sudah dua bulan, hadirin yang menghadiri pengajian hari ini memanggil mereka dengan sebutan pengantin baru.

Disana Luqman bertemu dengan umminya, begitupun dengan Kaomi, bertemu dengan ibunya.

"Sehat Ummi?" tanya Luqman sambil mencium tangan umminya.

"Alhamdulillah Ummi sehat," Ummi membalas dengan mengusap kepala Luqman.

"Ibu sehat?" Luqman bergantian menyalami kedua ibunya.

"Alhamdulillah Ibu juga sehat nak. Luqman juga sehat nak?"

"Luqman juga alhamdulillah sehat bu,"

"Luqman, Kaomi bagaimana? Perutnya sudah ngisi belum?" tanya Ummi.

Luqman menatap Kaomi, membuat Kaomi membalas menatap. Tatapan itu, Kaomi bisa melihatnya, melihat kebingungan Luqman untuk menjawab.

"Belum Ummi, mungkin Allah belum berkehendak,"

"Tapi jangan lupa diiringi dengan usaha juga, iya kan, bu?" Ummi bertanya pada besannya.

"Iya, jangan sampai menunda, lebih cepat kan lebih baik,"

"Insya Allah segera Ummi, Ibu,"

Luqman agak terkejut sebenarnya mendengar pernyataan Kaomi. Dan merasa tidak enak hati juga ketika Kaomi bisa menunjukkan kemesraan rumah tangganya. Padahal sebenarnya mereka tidak semesra itu.

Sudah jam sembilan, acara pengajian akan segera dimulai. Luqman segera pamit kepada Ummi, Ibu, dan Kaomi.

Ibu dan Umminya pergi lebih dulu, sedangkan Kaomi dan Luqman menyelesaikan pembicaraannya.

"Saya tunggu di masjid ya,"

"Iya Kak. Insya Allah tidak akan lama kok, hanya sampai jam sebelas,"

"Nanti pulangnya kita main ke rumah Ibu, sekalian ajak Ummi, kita makan siang disana, kamu yang masak ya,"

Kaomi mengangguk dengan senyuman. Kulit wajahnya seketika berubah menjadi merah. Tak ingin dilihat lebih banyak lagi salah tingkahnya, Kaomi memilih untuk cepat-cepat masuk ke majelis.

Dia sudah memikirkan apa saja yang akan dimasaknya siang ini. Tidak ada pertanyaan yang akan ditanyakannya di acara jalasah munah kali ini. Bahkan Kaomi sedikit kurang fokus di pengajiannya kali ini.

***

"Masyaallah Ibu senang sekali hari ini kedatangan tamu," kata ibu sambil membuka pintu rumah, "ayo masuk,"

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumussalam, duduk dulu ummi, nak Luqman duduk dulu, ibu ambilkan minum dulu ya,"

Kepadamu Penggenap Imanku [2016] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang