20. Luqman Mencintai Aisyah, Ummi

42 12 0
                                    

"Alhamdulillah Kak Aisyah dan bayi yang dikandungnya sehat Mas,"

Pesan masuk itu membuat layar handphone Luqman menyala dan terbacalah pesan itu oleh Kaomi.

Karena telah terbaca, Kaomi menjadi penasaran sebelum pesan itu masuk, bagaimana isi pesan-pesan sebelumnya.

Tidak ada Luqman disana dan pilihan terbesar Kaomi saat itu adalah membuka handphone suaminya, tidak bersandi, sempat membuat Kaomi berpikir sejenak, tetapi itu lebih baik daripada kata sandinya bukan namanya melainkan nama Aisyah.

Kaomi membaca obrolan Luqman dengan Husen dan bertemulah Kaomi dengan kalimat "... dengan tinggalnya bersama bi Ayu, kak Aisyah bisa perlahan-lahan keluar dari kesedihannya karena ditinggal pergi untuk selama-lamanya oleh mas Abi ...".

Itulah salah dua dari alasan Kaomi mengapa mengizinkan Luqman untuk menikah dengan Aisyah. Alasan pertama adalah karena suaminya sangat mencintai Aisyah dan alasan kedua adalah Aisyah lebih membutuhkan Luqman daripada dirinya, anak yang dikandungnya haruslah mempunyai seorang figur ayah.

Kaomi menyimpan handphone itu kembali dan seolah tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya lalu menunggu tiba waktunya untuk mengatakan kesanggupannya.

***

Sore itu Luqman pulang lebih awal. Jadwal mengajarnya belum selesai tetapi ada hal yang lain yang membuatnya pulang.

Kaomi masih belum membuka mukenanya sejak ashar tadi. Sehingga ketika membuka pintu untuk Luqman, ia masih dalam balutan mukena.

"Kak Luqman?"

Belum sampai Kaomi kepada ucapan sambutannya. Luqman lebih cepat pergi ke kamar untuk merapikan pakaiannya ke dalam tas.

Kaomi sudah dapat melihatnya, Luqman akan pergi.

"Kak Luqman mau kemana Kak?"

"Saya akan tinggal di asrama kampus. Tolong jangan menghalangi saya,"

"Kenapa Kak Luqman tinggal di asrama kampus? Ada acara apa di kampus? Untuk berapa lama tinggalnya?"

"Tolong jangan buat saya terus-menerus marah, saya ingin hidup dengan tenang, saya ingin mendapatkan apa yang ingin saya dapatkan. Sesuai dengan persetujuan kamu, Insya Allah secepatnya saya akan mengkhitbah Aisyah,"

Kaomi masih terdiam. Dalam hatinya terus berdoa untuk diberikan kekuatan oleh Allah subhanahu wa ta'ala.

Ketika Luqman hendak pergi. Kaomi menarik lengan Luqman.

"Jangan pergi, jangan," Kaomi merintih dalam tangisannya.

"Kaomi tolong. Kamu tahu? Semakin kamu bersikap seperti ini, membuat saya semakin tidak suka, tolong jangan buat saya menjadi hamba yang berdosa. Sesungguhnya berpisah itu lebih baik untuk kamu dan untuk saya,"

"Jangan, jangan mengucapkan kalimat seperti itu. Kaomi takut itu termasuk kalimat penalakkan,"

"Saya sudah berusaha untuk mencintai kamu, tapi saya tidak bisa, bahkan semakin hari saya semakin merasa kalau saya ini adalah suami yang dzalim, maka dari itu tolong mengerti saya,"

"Tetaplah tinggal disini, Kaomi yang akan pulang ke rumah Ibu. Biar Kaomi yang menjelaskan kepada Ummi, itu pun kalau Ummi menanyakannya,"

Kaomi melepaskan genggamannya. Air matanya perlahan-lahan surut. Dan Luqman pun menyetujui saran itu lalu kembali ke kampus. Sedangkan Kaomi bersiap-siap untuk pulang ke rumah ibunya yang sudah lama kosong.

Dan ketika Kaomi sampai ke rumah ibunya dan yang dapat ia lakukan hanyalah menangis. Tidak ada yang menyambutnya, tidak ada yang dapat menerima kisah sedihnya, dan saat itu juga kesedihan Kaomi bertambah karena merindukan ibunya.

Kepadamu Penggenap Imanku [2016] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang