01. Perintah Dari Ummi

98 19 0
                                    

Luqman Nurhandiman. Mahasiswa lulusan Kairo yang baru saja lulus dua tahun lalu dan sekarang mengajar di salah satu pondok pesantren di Yogyakarta.

Usianya genap dua puluh delapan tahun hari ini. Maka ia memutuskan untuk pulang ke Bandung menemui ibu tercintanya, sekaligus untuk menyampaikan kabar gembira bahwa ia akan menikahi seorang wanita bernama Aisyah.

Seminggu yang lalu, Pak Kiai meminta kepada Luqman untuk menikahi anak perempuannya, yaitu Aisyah. Pak Kiai meminta agar Luqman segera membawa keluarganya untuk mengkhitbah anaknya itu.

Tidak hanya Luqman yang terpesona melihat keshalihan Aisyah, beberapa pengajar di pondok pun terkadang hilaf. bukan hanya keshalihannya tetapi juga kerupawanannya, para ikhwan dibuat kesulitan untuk menundukkan pandangannya.

Tanpa berpikir panjang, dengan senang hati Luqman pun menerima tawaran yang terlihat seperti permintaan itu.

***

Sudah sepuluh bulan Luqman tidak pulang, Ibunya sudah sangat merindukannya. Luqman pun tidak lupa membawakan oleh-oleh dari Yogyakarta.

Pukul empat subuh, Bandung benar-benar menusuk dinginnya. Luqman memilih untuk menunaikan shalat subuh di Masjid Agung kota lalu setelah itu pulang.

Sesampainya di rumah, Luqman mengetuk pintu dan betapa bahagianya ia melihat seorang wanita membukakan pintu itu dengan mukena yang masih dikenakannya. Wanita yang benar-benar sangat ia cintai dunia dan surga, wanita itu adalah ibunya.

Dengan mata berkaca-kaca, Luqman memeluk ibunya dan diciumnya kedua pipi ibundanya itu. Ibu yang sudah sering ia tinggalkan, yang lepas dari pengawasannya.

"Ummi kira Luqman akan sampai pukul sepuluhan," Digenggamnya wajah anaknya itu dengan kedua tangannya yang hangat.

"Alhamdulillah perjalanan Luqman begitu lancar. Dan sekaligus Luqman ingin memberi kejutan untuk Ummi,"

"Yasudah sekarang ayo masuk, perjalanan dari Yogja pasti melelahkan,"

Luqman membawa tasnya masuk sedangkan tubuhnya masih dibopong oleh ibunya.

"Tidak kok Ummi, kalau pun melelahkan, sudah terganti dengan melihat wajah Ummi,"

"Luqman sudah shalat Subuh?"

"Sudah Ummi. Tadi di masjid Agung kota,"

"Alhamdulillah kalau begitu. Sekarang Luqman istirahat dulu saja ya. Nanti ada yang ingin Ummi bicarakan kepada Luqman, Ummi merasa Allah Subhanahu Wa Ta'ala benar-benar sudah mengirimkan panggilan Ummi kepada anak Ummi,"

"Luqman juga punya sesuatu yang harus dibicarakan kepada Ummi, Luqman akan menyampaikannya setelah Ummi membuatkan sarapan untuk Luqman,"

"Pasti Ummi buatkan, sekarang Luqman rebahan dulu saja di kamar yaa,"

"Baik Ummi,"

Luqman pun masuk ke kamar. Dan sambil rebahan ia memikirkan bagaimana kalimat yang baik untuk menyampaikan kabar gembira kepada ibunya itu.

Menu sarapan yang ditunggu-tunggu pun akhirnya sudah siap. Menjadi kebahagiaan untuk seorang ibu ketika melihat anaknya ada di rumah dan sarapan bersama.

Dan sudah lama sekali Luqman tidak mencicipi masakkan ibunya, terlihat dari lahapnya Luqman menghabiskan sarapannya.

Setelah sarapan selesai, Luqman membantu ibunya untuk membersihkan meja makan  dan mencuci piring yang kotor. Tidak lama ibunya mengajaknya untuk berbicara.

"Ada yang ingin Ummi bicarakan,"

"Oh iya Ummi, sebentar lagi selesai, Luqman segera kesana,"

***

Betapa terkejutnya Luqman mendengar perintah dari Ibunya, sedangkan ia pun akan menyampaikan hal yang sama.

"Ummi, Luqman tidak mengenal beliau, begitu juga dengan beliau,"

"Menikahlah dengan Kaomi. Dia adalah wanita yang baik budi pekertinya, dia cantik dan,"

"Bukan hanya kecantikannya Ummi, tetapi juga keshalihannya,"

"Insya Allah dia pun shalihah Luqman. Kaomi sudah mengkaji Islam sejak kelas tiga SMA bersama Ummi Zainnab, dan perilakunya benar-benar membuat tersanjung, dia tidak seburuk yang Luqman pikir,"

"Keimanan Luqman saja masih naik turun Ummi, Luqman ingin mendapatkan seorang isteri yang bisa membantu Luqman untuk meningkatkan keimanan Luqman,"

"Ummi yakin dia sudah istiqamah. Dia mampu membantumu untuk mewujudkan keinginanmu itu. Kalaupun nanti Luqman mendapati kekurangannya, kenapa tidak Luqman yang membimbingnya?"

"Melihat asal-usul keluarganya, lalu bagaimana dengan keluarganya Mi? Yang berhijrah hanya Kaomi, tidak dengan keluarganya, pastinya keluarganya sangat jauh daripada agama,"

"Astagfirullah Luqman. Istighfar nak, Ummi tidak pernah menyuruh Luqman untuk bersikap seperti itu. Kalau memang keluarganya seperti yang didugakan oleh Luqman, jadikan mereka sebagai ladang dakwah untuk Luqman. Kaomi baru saja ditinggalkan oleh Ayahnya empat bulan yang lalu, dan sekarang dia tinggal bersama ibunya, menjadi tulang punggung keluarganya. Dan tentang pendidikan Kaomi, dia juga lulusan Strata 1 bahkan ia sekarang bekerja untuk melanjutkan pendidikannya,"

Luqman benar-benar kesal, Ibunya benar-benar mencintai Kaomi-Kaomi itu, sampai-sampai apapun tentangnya diceritakan dengan tanggap.

Luqman menjadi bingung, bagaimana mungkin ia dapat menyampaikan kabar gembiranya, sedangkan Ibunya mempunyai keinginan yang lain.

Tetapi karena ibunya adalah satu-satunya orangtuanya. Dengan berat hati, Luqman pun mengiyakan keinginan ibunya tersebut.

Kepadamu Penggenap Imanku [2016] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang